Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Senarai Kisah Para Korban Bom Srilanka

25 April 2019   08:13 Diperbarui: 25 April 2019   19:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar yang diunggah Nisanga Mayadunne, seorang korban, beberapa menit sebelum ledakan bom di Kolombo. Sumber: nytimes.com

Hidup manusia unpredictable. Hidup adalah sebuah "misteri" atau "teka-teki". Tidak ada orang yang tahu pasti akan masa depannya.

Rentetan ledakan bom yang mengguncang Srilanka hari Minggu lalu (21/04) memperbesar teka-teki kehidupan bagi keluarga korban. Sampai hari ini tidak kurang dari 359 nyawa telah direnggut dengan paksa.

Sebagian besar korban adalah penduduk lokal Srilanka, tetapi setidaknya 38 merupakan orang asing dari berbagai negara: Inggris, India, Denmark, Belanda, Swiss, Spanyol, Amerika, Australia, dan Turki.

Saya tergugah untuk mengabadikan secuplik kisah hidup dari mereka yang tidak sempat berpamitan. Kesaksian dari keluarga, saksi mata, dan laporan pemerintah menolong kita untuk memperoleh sekilas gambaran kehidupan yang mereka jalani sebelum terhenti. Sebagian besar informasi ini diolah dari nytimes.com (22/04/2019).

Terpisah oleh akuarium

Sharon Silviya (26 tahun), dan ibunya, Mary Otricia Johnson (47), baru saja mengikuti Misa di gereja St. Anthony, Kolombo. Selepas ibadah, Sharon dan putranya melihat-lihat akuarium yang ada di depan gereja. Nyonya Johnson menunggu di dalam.

Beberapa menit kemudian, ledakan besar menghempas semuanya.

Segera pemandangan neraka terhampar di depan mata. "Orang-orang hancur berantakan. Darah dimana-mana," kesaksian Ny. Sharon. Dengan berat hati ia menutup mata putranya. Setelah itu ia berlari masuk mencari ibunya.

Nyonya Mary terkapar di lantai; darah mengalir dari hidung dan matanya. Tak berdaya, Sharon hanya bisa menenangkan ibunya, "Jangan takut, Bu. Bernapas saja." Orang-orang melarikannya ke rumah sakit terdekat dengan bajaj. Di tengah jalan sang ibu meninggal.

Koki pesohor dan putrinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun