Pada tanggal 8 Maret 2019 kemarin kembali dunia merayakan Hari Perempuan Internasional. Menarik untuk diketahui bahwa hari perayaan ini sesungguhnya dicetuskan oleh kaum Sosialis. Pertama kali diinisiasi oleh Partai Sosialis Amerika pada 1909, lalu disusul oleh Partai Sosialis di Rusia.
Tema untuk tahun ini dirangkum dalam kalimat singkat, "Balance for Better." Menjaga keseimbangan merupakan usaha yang berbahaya, ibarat bermain biola di atas atap genting. Demikianlah pesan moral yang disampaikan oleh sebuah film keluaran tahun 1971 berjudul "Fiddler on the Roof".
Revye dan Kurungan TradisiÂ
Reb (sapaan yang berarti "Tuan") Tevye, seorang Yahudi tukang susu, hidup di desa Anatevka yang termasuk wilayah Rusia. Saat itu tahun 1905. Ia dan istrinya yang bermulut tajam, Golde, dikaruniai lima orang anak, semuanya putri. Berturut-turut dari yang sulung: Tzeitel, Hodel, Chava, Shprintze, dan Bielke.
Yente, mak comblang di desa itu, menjodohkan Tzeitel dengan Lazar Wolf, seorang tukang daging yang kaya. Tawaran itu disambut baik. Satu-satunya kendala, Tzeitel kadung jatuh cinta dengan seorang tukang jahit, yaitu Motel Kamzoil. Bagaimanapun, tradisi adalah tradisi. Seperti kisah Siti Nurbaya, keputusan pertunangan berada di tangan kepala keluarga.
Sementara Tevye sibuk membayangkan keuntungan menjadi mertua Lazar yang kaya, seorang mahasiswa baru tiba dari Kiev. Perchik namanya. Ia berpikiran revolusioner.
Bom jatuh di rumah Tevye. Motel, yang biasanya pendiam dan penakut, dengan gagah berani datang memberitahu Tevye bahwa ia dan Tzeitel telah berikrar untuk menikah. Ia berargumen, "Bahkan seorang penjahit miskin juga layak mendapat kebahagiaan dalam hidup".
Tevye marah. Tidak pernah sebelumnya orang bertunangan tanpa dijodohkan. Namun, keteguhan hati Motel dan belas kasihannya terhadap Tzeitel meluluhkan hatinya. Ia merestui hubungan mereka berdua.
Satu tradisi dipatahkan. Dua lagi menyusul.
Beberapa waktu kemudian, Perchik memberitahu Hodel, putri kedua Tevye, bahwa ia harus kembali ke Kiev. Ia pun melamar Hodel. Mereka berdua datang kepada Tevye.
Tradisi kembali dilanggar. Sebab, pertunangan hanya boleh diusulkan oleh kepala keluarga. Tevye berang, terlebih setelah Perchik dan Hodel mengatakan bahwa kedatangan mereka bukan untuk meminta izinnya, melainkan restunya.