Ketika memanggil mbah Google untuk menolong saya mencari informasi tertentu, jendela yang mencuat menampilkan sebuah doodle (corat-coret) baru. Sebuah sketsa wajah wanita paruh baya. Kontan saya mengklik wajahnya. Siapakah gerangan?
Olga Alexandrovna Ladyzhenskaya lahir hari ini pada tahun 1922 di Kologriv, Rusia. Di tubuhnya mengalir darah biru, dan darah matematika, sebab ayahnya, Alexander Ivanovich Ladyzhenski, adalah guru matematika di sekolah.
Pada tahun 1937 sang ayah ditangkap dan dieksekusi mati oleh NKVD (dinas rahasia sebelum KGB) atas perintah Stalin. Teman Olga, Alexander Solschenizyn, penulis "The Gulag Archipelago", menyinggung tentang kejadian tersebut di dalam novelnya.
Kehidupan berputar 180 derajat bagi Olga dan keluarganya yang segera akrab dengan hinaan dan kemiskinan. Cap anak dari "musuh rakyat Rusia" distempel padanya. Bila Olga akhirnya bisa belajar dan menamatkan pascasarjana di Universitas Negeri Moskow, itu karena kebijakan negara telah berubah oleh karena perang.
Disertasi yang dipertahankannya dalam usia 27 tahun merupakan sebuah terobosan besar dalam teori Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Selama hidupnya, ia menulis lebih dari 250 makalah matematika, enam monograf (buku jilid tunggal), yang semuanya mencakup masalah-masalah PDP dan aplikasi-aplikasinya.
Namun, cinta sejatinya adalah persamaan-persamaan hidrodinamika, khususnya persamaan-persamaan Navier-Stokes. Dalam ranah matematika, bidang itu amat sangat menantang dan membutuhkan perjuangan maha-berat. Ibaratnya, seorang Siti di Bantul berjuang mendapatkan cinta Pangeran Mohammed bin Salman.
Pada Mei 2000, persoalan keteraturan, salah satu aspek dari persamaan-persamaan Navier-Stokes dinobatkan sebagai satu dari tujuh masalah utama yang belum terpecahkan dalam milenium ini. Hadiah 1 juta dollar dijanjikan bagi siapapun yang dapat menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan aliran fluida tidak teratur itu.
Para ahli belum dapat membuktikan bahwa, dalam tiga dimensi, solusi selalu eksis, atau jika memang ada, ia tidak teratur. Meskipun demikian, pada dekade 1950-an, Olga telah menemukan kunci dari penyelesaian global yang unik terhadap batasan masalah dua dimensi dari persamaan-persamaan Navier-Stokes.
Atas dedikasi dan pencapaian-pencapaiannya, Professor Olga diangkat menjadi anggota berbagai paguyuban ilmuwan prestisius, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan Akademi Leopoldina Jerman. Di negerinya sendiri, ia adalah Presiden dari Masyarakat Matematika St. Petersburg. Posisi yang sama pernah dipegang oleh Euler, sang maha-guru matematika itu.
Sepeninggal bubarnya Republik Sosialis Rusia (USSR) pada akhir 1991, situasi ekonomi begitu memburuk sehingga banyak ilmuwan Rusia meninggalkan negerinya untuk mencari penghidupan di tempat yang lebih baik.Â
Di luar ekspektasi, Professor Olga memilih tinggal dan mengembangkan Institut Steklov tempatnya berkarya. Kepahitannya terhadap perlakuan negara yang pernah ia terima tidak memadamkan semangatnya untuk menjadi mentor bagi para matematikawan muda.