Dinamika politik Indonesia jelang Pilpres 2019 sepintas mengingatkan kita kepada sebuah sinema berjudul Our Brand Is Crisis. Ceritanya, seorang konsultan politik Jane Bodine (Sandra Bullock) dan timnya bekerja all-out untuk memenangkan seorang kandidat presiden Bolivia, Pedro Castillo.Â
Kebetulan, lawan terkuatnya, Rivera, dibentengi oleh konsultan politik musuh bebuyutan Bodine, yaitu Pat Candy (Billy Bob Thornton). Jadilah ajang kampanye Pilpres itu sebuah perang strategi yang kejam, tidak beretika, tetapi kadang-kadang konyol dan lucu.
Di tengah-tengah perseteruan kedua konsultan itu, ada dua tokoh minimalis tetapi tampak berperan besar di kubu Castillo. Yang pertama, seorang laki-laki bernama Eduardo, dan yang lain, seorang gadis bernama Sarah LeBlanc.Â
Eduardo adalah seorang relawan kampanye. Sedangkan, Sarah LeBlanc adalah tangan kiri Bodine untuk menjalankan kampanye negatif. Namun, sebagai relawan, Eduardo terjebak dalam kebingungan peran. Kadang ia dipakai sebagai tangan kanan Bodine, tetapi di lain waktu ia diminta melakukan pekerjaan tangan kiri LeBlanc.
Kemunculan dan Motivasi Relawan Politik
Saya tidak tahu sejak kapan percaturan politik Indonesia ramai dihiasi oleh relawan politik semacam Eduardo. Pikiran awam condong mengaitkan dengan Pilpres 2014 yang lalu sebagai kebangkitan relawan politik yang terorganisir.
Kala itu disinyalir muncul sebanyak 1.289 kelompok relawan pendukung pasangan Jokowi-JK. Organisasi-organisasi relawan politik (ORP) ini mudah dibedakan menjadi dua: kelompok yang dibentuk sendiri oleh tim kampanye, dan kelompok yang berdiri atas inisiatif pribadi.Â
Jumlah yang terakhir jauh lebih banyak. Sebagian besar dari mereka berasal dari kelas menengah urban yang kritis terhadap dinamika politik. Mereka terpanggil untuk memastikan perubahan geopolitik.
Di kemudian hari, ORP-ORP menjamur juga di desa-desa seiring meningkatnya kebutuhan untuk menang dalam Pilkada-Pilkada.
Cara relawan politik menunjukkan eksistensi diri mereka beraneka ragam dan unik-unik. Ada yang membuat spanduk atau baliho dukungan kepada paslon tertentu, tetapi disertai foto dirinya sendiri. Jenis ini disinyalir haus akan perhatian. Ada yang rajin mem-broadcast puji-pujian terhadap junjungannya sembari memojokkan kandidat lawan.Â
Yang ini mengalami masalah dengan self-esteem. Tidak sedikit pula yang berdedikasi dan berani berkorban, dengan mengadakan acara dukungan, mengumpulkan tanda-tangan, fotokopi KTP, dsb. Biasanya mereka adalah anak-anak muda dan artis. Jenis yang terakhir ini umumnya tergabung dalam sebuah organisasi.