Mohon tunggu...
Philia Novi Tiurma
Philia Novi Tiurma Mohon Tunggu... -

Penikmat kopi, pantai, dan diksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resolusi (Tidak) Penting?

3 Januari 2019   13:55 Diperbarui: 3 Januari 2019   14:06 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja dunia merayakan pergantian tahun. Berpisah dengan 2018 beserta sejuta kenangan yang menumpuk, dan siap menapaki rentetan hari di tahun 2019. Kiranya yang lama berakhir dengan tenang dan yang baru dapat ditempuh dengan lebih baik.

Akan kuceritakan salah satu kebiasaanku menyambut tahun baru. Dulu, aku selalu memikirkan semua keinginan yang akan kutuangkan dalam daftar resolusi. Karena pada dasarnya, resolusi adalah target yang akan dicapai pada tahun tersebut. Namun, kini aku sudah tidak melakukannya lagi. 

Awal tahun 2014 adalah kali terakhir aku menuliskan resolusi. Pada tahun 2015, akhirnya aku menyadari bahwa semua resolusi yang selama ini kutulis, tidak pernah kulaksanakan dengan tekun. Pada akhirnya, semua resolusi yang telah kubuat, hanya sekedar tulisan dilupakan oleh penulisnya. Sejenis angan-angan yang tinggal kenangan.

Perlu dipahami, aku tidak sedang mengatakan bahwa mereka yang menuliskan resolusi pada awal tahun, sedang melakukan kesia-siaan. Aku tahu, ada banyak orang di luar sana memiliki niat dan komitmen yang tinggi untuk mencapai apa yang telah mereka impikan. Namun, berdasarkan pemikiranku yang tidak seberapa ini, hal yang menjadikan sebuah resolusi berakhir sia-sia adalah terlalu banyak poin yang ingin dicapai. Sehingga kesulitan menjaga fokus yang konstan, sampai akhir tahun. 

Syukur-syukur bila semua resolusi terlaksana sempurna hingga tahun berakhir. Tidak menutup kemungkinan, ada juga yang kelelahan menjalankan semua daftar resolusi, dan ujung resolusinya berakhir pada pertengahan tahun saja. Intinya adalah, terlalu bersibuk memikirkan resolusi tanpa adanya instropeksi. Ingin mencapai target ini dan itu, namun lupa bahwa ada sesuatu dalam diri yang perlu dibenahi.

Namanya juga manusia, pasti ada pelajaran yang harus diambil dalam sebuah perjalanan waktu yang telah ditempuh. Cobalah sesekali, lupakan mengenai ambisi pencapaian resolusi, tetapi beralihlah pada sebuah refleksi. 

Refleksi adalah kegiatan untuk berdebat dengan diri sendiri, mendengarkan nurani dan mendekatkan diri pada sang Pencipta. Memikirkan sudah benarkah sikap hidupku selama ini, bagaimana caraku memberi respon kepada orang sekitar, dan terlebih mengenai hubungan pribadiku dengan sang pemberi nafas kehidupan.

Sudahkah kita memanjatkan doa dan syukur sebanyak-banyaknya atas kesempatan hidup yang masih diberikan? Mari bersama-sama membenahi diri selagi waktu masih memberikan usianya. Jangan lupakan bahwa hidup adalah perkara berkompetisi dengan diri sendiri. Sudah lebih baikkah aku hari ini, dibandingkan aku yang kemarin?

Jadi, perlukah resolusi? Itu tergantung masing-masing pribadi. Asalkan tidak lupa untuk tetap intropeksi dan refleksi diri.

Sekiranya berkenan atas pemikiran saya ini, hehe.. Terima Kasih J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun