Mohon tunggu...
Philemon H Aritonang
Philemon H Aritonang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

masih ...

Selanjutnya

Tutup

Money

Bos or Leader?

28 Juli 2013   17:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah banyak teori dan pemahaman yang membedakan bos dan Leader, karena pada prinsipnya hal tersebut adalah sangat berbeda. Bos dan leader adalah sama, mereka sama-sama diberikan kuasa. Nah bos biasanya berbicara bahwa kuasa itu adalah sesuatu yang mutlak dan karena itu dia menghubungkan segala sesuatu dengan kekuasaannya. Leader sadar bahwa kuasa itu adalah alat, yang terutama adalah bagaimana pengaruh itu dapat diterima dan dijalankan organisasi. Leader menanamkan pengaruhnya dengan sangat halus sehingga orang melakukan pengaruhnya bukan karena kuasa sang leader namun karena kesadaran diri akan tanggung jawab dan tugas serta komitment.

Dalam masa sekarang, organisasi-organisasi berkembang pesat baik yang bisnis maupun non profit dan tentunya pasti ada bos dan leader didalamnya. Saya melihat kata bos dari sudut negatifnya, dimana bos yang saya lihat adalah mereka yang arogan karena mereka punya kuasa. Sebagai contoh seorang sales manajer yang berkuasa atas beberapa salesman, supervisor dan sales admin. Ketika Company memberikan beberapa kuasa bagi dia untuk mengelola sales (target), sering sekali mereka dipanggil bos karena arogansinya. Bagaimana dia harusnya menanamkan keseluruh tim yagn dipimpinnya bahwa taget itu adalah sesuatu yang baik, bukan untuk ditakuti. Namun sering sekali sang bos malah membuat target menjadi alat peras terhadap timnya. Target menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan, bukan sesuatu yang ingin diraih. Leader akan menerjemahkan target dengan sangat halus, sehingga semua orang berambisi untuk mencapainya. Setiap orang berusaha mendapatkannya dengan proses yang baik dan benar.

Seorang bos sering mengalami ketakutan dan panik, akhirnya kuasanya dianggap sebagai satu-satunya alat menenangkan keadaaan. Leader dalam masa sulit akan membangunkan semua tim, mengajak semuanya melihat dan menyadari keadaan. Sang bos biasanya akan mulai mengeluarkan ancaman-ancaman baik secara lansung maupun tidak dan ini yang sangat membedakannya dengan leader dimana dia akan memastikan semua timnya tenang dan tidak panik. Berusaha melihat krisis sebagai sebuah kesempatan untuk naik kelas, karena sesungguhnya dia sudah mencari tau penyebab krisis. Leader mengetahui detail timnya, namun dia tidak akan mengambil alih bagian dari timnya. Sang bos akan sibuk dengan ceramah pengetahuannya tentang bagian timnya, bahkan karena kepanikannya dia mengambil alih bagian tersebut. Leader akan dengan sangat dewasa (sadar dan bertanggungjawab) dalam mengarahkan timnya dengan memberikan pengaruh kerah target.

Anak buah bos akan sangat ketakutan apabila tidak mencapai tugas dan tanggungjawabnya yang membuatnya depresi dan stress, kondisi semakin parah karena ketakutan tersebut mereka mengambil langkah penyelamatan yang tidak baik dan benar. Berbeda dengan anak buah sang leader dimana mereka akan datang dengan jantan dan penuh kesadaran bahwa dia gagal, dia mengetahui penyebab kegagalannya, dia ceritakan usaha yang telah dilakukanya dan sang leader akan menggiringnya kepada semangat bukan pada penghakiman. Sementara sibos sedang sibuk menelanjangi anak buahnya entah untuk apa, sibuk menjelaskan berjuta ancaman yang menanti sianak buah.

Menjadi bos tentunya jauh lebih mudah, karena itu hanya bicara kekuasaan. Menjadi leader membutuhkan proses pembentukan menuju seorang yang kuat terhadap krisis, tenang dan tegas dalam mengelola kepanikan, mencari langkah ketika semua merasa buntu, mengapresiasi dengan tulus keberhasilan dan pencapaian, Meneriakkan dengan lantang dan bukan basa basi : “Semangat !!!”, melihat sekecil apapun kegagalan adalah adalah bagian dari dirinya yang membuatnya berani mempertanggungjawabkannya, Berterus terang bukan mencibir, melihat kelemahan timnya adalah fakta yang bisa diperbaiki, menelanjangi kegagalan bukan untuk mencari siapa, namun mengapa dan harus apa.

Silahkan dipilih, dimanapun kita berada ketika kita mempunyai kuasa akan menjadi bos atau Leader...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun