Bapak,,
Lebih dari 6 bulan sudah aku tak menemuimu dalam nyata, tak lagi kudengar nasehat, canda tawa, atau bahkan erangan saat engkau menahan rasa sakit yang hebat, yang membuatmu terbaring tak berdaya, yang membuatmu sesekali meneteskan air mata.
Bapak,,
Rindu ini memburu, ampuni aku,,Bapak,
Ampuni aku yang tak kunjung bahagiakan hidupmu, jangankan berbakti, membuatmu tersenyumpun jarang kulakukan. hingga saat terakhir, hingga detik engkau dijemput utusan untuk menemuiNYA, aku menyesal, aku tak menyaksikan itu didepan mataku.
Ampuni aku, tak juga persembahkan yang terbaik untukmu. Ampuni aku yang masih lalai meminta pada DIA agar DIA memelukmu disana, agar DIA memberi cahaya terang di tempat keabadianmu disana, agar DIA melapangkan langkahmu dan membukakan seluruh pintu surgaNYA untukmu.
Masih kuingat, Jumat malam, DIA mengantarkan langkahku menemuimu, berbincang sejenak denganmu, ada kata yang terbata, kala menemanimu tertidur sebentar karena selebihnya kudengarkan engkau kesakitan sepanjang malam, hingga sabtu pagi sebelum aku pamit, ada kata yang lagi-lagi tak kumaknai sebagai firasat, yang harusnya aku mengerti bahwa DIA memberiku pertanda bahwa engkau akan meninggalkanku.
Bapak,,
Terimakasih sudah menjadi yang terbaik untuk hidupku, terima kasih atas segala hal indah, kebahagiaan, perlindungan, dan segala bentuk kasihmu.
Aku rindu, sangat rindu. biarkan untaian do’a yang menyatukan rindu ini, damailah, karena saat ini engkau telah bersama pemilikmu, DIA yang akan memelukmu dan menempatkanmu di singgasana terbaikNYA,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H