Mohon tunggu...
Septian Siagian
Septian Siagian Mohon Tunggu... lainnya -

I'm Social Worker: "Kekayaan bukanlah tentang seberapa banyak yang kita dapat tapi seberapa sering kita memberi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengulas Balik "Yoseph Tue"

16 Mei 2011   15:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Saya tertarik mengangkat cerita tentang Yoseph Tue (SOSOK Kompas, 16 Mei 2011) yang patut untuk diberikan aspresiasi dari Bangsa Indonesia atas usaha beliau yang menghadirkan Lahan Hijau dalam keterbatasan alam selama bertahun-tahun."


Oleh : Septian Siagian

Diawali dari rasa prihatin beliau saat pertama kali menjadi guru di tanah Papua. Tanahnya gersang, panas dan berdebu. Beliau merasakan kondisi tersebut menjadi penyebab siswa/siswi disekolah tersebut kurang berprestasi. Ada beberapa poin yang patut untuk di tiru dari keuletan dan tekat beliau, yakni : Mimpi, Tekat dan Usaha.

MIMPI
Semua orang pasti punya mimpi. Mimpi itu tidak bisa dibeli, karena mimpi itu tidak memiliki harga materi tapi ia punya nilai untuk dijadikan harapan. Punya mimpi kecil itu sama saja halnya dengan membuang-buang waktu untuk bermimpi. Nah, saya memandang beliau sebagai sosok yang memiliki mimpi yang besar dan sangat besar untuk diangkat jadi isu 'Global Warming'. Beliau merupakan  salah satu sosok dari puluhan sosok di Indonesia yang juga perlu mendapatkan aspresiasi dan dukungan dikarenakan mimpi yang bukan sebatas mimpi.

TEKAT
Beliau termasuk seseorang yang punya tekat yang sangat kuat, berprinsip dan tidak muluk-muluk melakukan satu hal yang dirasanya perlu untuk diubah. Mewujudkan mimpi sama halnya dengan membangun sebuah tujuan. Namun masalah selalu ada menghampiri dalam mewujudkan mimpi agar menjadi nyata. Seperti yang dihadapi beliau disaat mengajak siswa-siswinya untuk menanam pohon. Banyak orang tua siswa menolak tindakan itu, karena dianggap sia-sia bila menanam ditanah yang gersang dan panas. Sehingga banyak orang tua yang "memarahi" anaknya melakukan tindakan itu.

Akal beliau tidak sampai pada saat mengajak menanam, tapi mengakali muridnya untuk membawa air dari rumah. Sebagian air disiram ke tanaman dan selebihnya untuk siswa itu sendiri dan begitulah seterusnya sampai pohon itu tumbuh besar. Daun-daun yang jatuh tidak dibakar, tapi dimasukan kedalam lubang-lubang ditanah yang tersebar dibeberapa lokasi diarea sekolah. Tujuan beliau melakukan itu untuk kembali menyuburkan tanah melalui pupuk alami (daun-daun yang berguguran).

USAHA
Jika tekat sudah bulat, berbagai cara pun akan dilakukan sampai benar-benar menghasilkan. Usahanya menyuburkan tanah yang gersang melalui tahap demi tahap pun dilakukannya. Sampai hasil dari usahanya ia gapai dan menjadi contoh bagi lingkungan sekitar sekolah. Terutama pada orang-orang tua dari murid-muridnya yang kini percaya bahwa tanah tersebut bisa ditanami pohon-pohon.

Bukan hanya sampai pada menanam, beliau pun berinisiatif untuk membuat sumur di sekitar area sekolah.  Selama setahun pengerjaannya hampir memutuskan harapan, namun berkat tekat serta usahanya mujizat pun terjadi. Air keluar dari sumur tersebut dan air itu pun disebar ke pelosok-pelosok untuk penghijauan kembali.

"Inilah semangat Indonesia yang patut untuk dicontoh, bukan hanya sebatas mimpi, tapi juga perlu tekat dan usaha untuk mencapainya. Perlahan demi perlahan, butuh waktu dan kesabaran serta tetap berdoa dalam segala tindakan yang kita ambil."

YAKINLAH !!!  KITA PASTI BISA MENJADI "YOSEPH TUE" SELANJUTNYA.
Merajut Indonesia dalam Tindakan Nyata. Yakin Pasti Bisa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun