"Kesehatan jiwa? Itu bukannya yang terkait orang2 gangguan gitu ya?"
"Malu ah ke psikolog... Bukannya mereka nanganin orang bermasalah gitu ya?"
"Ngapain pergi ke psikolog? Aku gak apa2 kok. Cuma gini aja."
Beberapa kalimat tersebut seringkali saya dengar dari orang2 di sekitar saya. Tidak perlu masyarakat umum, karena kadang orang2 yang bekerja di ranah kesehatan pun masih ada yang belum paham tentang kesehatan jiwa. Karena itu, pada hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, ijinkan saya berbagi sedikit.
Menurut WHO (2020), sehat jiwa adalah suatu kondisi positif dimana kita bisa menyadari potensi maksimal diri, mampu mengelola stres normal dalam hidup, mampu bekerja dengan produktif, dan mampu berkontribusi positif kepada lingkungan sekitar. Faktanya Sobat, sekitar 1 milyar populasi di dunia hidup dengan gangguan jiwa, dimana 1 orang per 40 detik meninggal karena bunuh diri. Sekitar 75% populasi masyarakat juga tidak memiliki akses layanan kesehatan jiwa untuk kondisi mereka. Hal ini makin diperparah dengan adanya pandemi COVID-19, dimana kondisi kesehatan jiwa mayoritas populasi semakin terpengaruh (WHO, 2020). Belum lagi adanya stigma bahwa orang yang pergi mencari bantuan tenaga profesional (khususnya dalam hal kejiwaan) adalah orang dengan gangguan jiwa. Padahal sebenarnya hal itu belum tentu tepat.Â
Individu yang mencari bantuan untuk masalah yang dihadapinya adalah individu yang MENYADARI bahwa mereka membutuhkan bantuan. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menyelesaikannya sendirian, oleh sebab itu mereka mencari tenaga ahli yang dapat membantu mereka. Kesadaran ini sangat diperlukan bila seseorang ingin berkembang menjadi lebih positif dalam hidupnya. Oleh sebab itu, menyadari kelemahan dan mencari bantuan bukanlah tanda kelemahan seseorang, melainkan justru suatu kekuatan.
Lalu, apa pentingnya kesehatan jiwa dalam hidup kita? Â Ada tiga alasan pentingnya kita memperhatikan kesehatan jiwa yaitu:
1. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesejahteraan psikologis, emosional, dan sosial.
2. Kesehatan jiwa mempengaruhi bagaimana kita merasa, berpikir, dan berperilaku setiap hari.
3. Kesehatan jiwa berkontribusi terhadap cara kita mengambil keputusan, mengatasi stres, dan berelasi dengan orang lain.