Mohon tunggu...
Phany Rapunzell
Phany Rapunzell Mohon Tunggu... -

be your self. . . . :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Music Box *Part 1*

3 Agustus 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:08 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Sang purnama membisu diatas genting, diam seribu bahasa dengan para bintang yg timbul tenggelam diantara awan-awan hitam dilangit. Angin malam bertiup dengan angkuh'a menerpa seorang gadis yang tengah menggenggam erat bahunya karna udara dingin yang menusuk
Ia berjalan tergesa-gesa, menaiki tangga menuju kamar kost'a dilantai 4. Wajahnya terlihat lusuh dan kedua bola matanya kelam. Dengan rambut panjangnya yang tak teratur ia tampak sangat kumal dan berbeban berat.

Sudah hampir setengah jalan, mnuju kamarnya, jalan'a mulai sempoyongan, entah karna apa, sebentar-sebentar berhenti kemudian berjalan lagi. Terdengar suara batuk yang serak mengigit diantara ketuk sepatunya yang berirama dengan anak-anak tangga yang seakan tak ada habisnya.

Tinggal beberapa anak tangga lagi dan ia akan sampai dilorong kamar yang berderet-deret, dipintu yang keempat tepatnya ia akan masuk, namun langkahnya melemah, ia terbatuk lagi, disela jemarinya terlihat berleret darah segar. Lagi dan lagi, batuk'a seperti tak berujung. Darahnya kini sudah menetes, menodai keramik putih yang mengalas tangga dibawah kaki'a. Tubuhnya melemas, seakan tak punya sisa tenaga kaki'a tertekuk, matanya terpejam, tangannya tak lagi menutup mulut mungil'a yang tak henti mengeluarkan darah, ia terjengkang, buku-buku yang tadinya dalam tas selempangnya kini jatuh berserak entah kemana, ia melayang mengbentur tangga, jatuh berguling-guling menghantam anak-anak tangga yang tadinya ia naiki, hingga tergeletak tak berdaya dilantai 3, tanpa ada seorang pun melihatnya, matanya terpejam erat, tak bergeming sama sekali, hanya cairan merah yang keluar diantara celah rambutnya.

"kamu gak apa-apa kan nak.?" tanya ibu kost dengan nada khawatir.

"sa.. Saya kenapa emang'a yah.? Koq ada disini bu.?"

"kamu jatuh dilantai 3, saya gatau kamu kenapa, td pagi saat pa johar mau bersihin lantai atas dya nemuin kamu udh geletak berdrah-drah, pa johar lngsng ngelapor ke saya"

"oh gitu yah bu. Kepala saya pusing, maaf yah bu udah ngerepotn" ujarnya sambil memegang kepalanya yang berbalut perban.

"iyah gak apa-apa koq. Laen kali hati-hati yah, ibu udh takut bgt td kamu kenapa-napa. Soal'a kamu disini kan cuma nge-kost, keluarga kamu jg susah dihubungi ibu jadi gatau harus apa klo sampe kamu jd sakit yg parah"

"iyah, maaf udh nerepotn bu, saya boleh kekamar saya.?"

"iyah nak, silahkan, diantar pa johar yah, ibu takut kamu jatuh lagi."

"iyah bu makasih"

"maksih yah pak udah diantern, sampe sini ajah." ujarnya sambil tersenyum dan menutup pintu kamarnya.

Hanya sebuah kamar tidur dengan satu tempat tidur, lemari, meja belajar, rak buku, dan kamar mandi, lebarnya tak seberapa, namun ckup luas untuk dya sendiri, dilengkapi AC, TV dan Air hangat, lantai'a terbuat dr kayu seperti lantai rumah-rumah jepang jaman dahulu, dinding'a berlapis kertas dinding berwarna putih dengan corak bunga tulip ungu muda, memang tak istimewa, namun inilah tempat tinggalnya, bahkan kepalanya sampai harus berbalut perban untuk sampai kesini.

Ia melepaskan baju seragam'a yang dibet'a tertulis.  Efraen Noahlison. Atau bysa dipanggil Noah.

Ia menghempas tubuhnya perlahan ketempat tidurnya, baru sejenak ia sudah akan terlelap. Handphonenya berdering, pesan masuk.

*Aku sudah sampai, tepat didepan kamar kostmu. :)*

Noah bangkit, dan menuju pintu kamarnya sambil menahan sakit dikepalanya, ia tak kenal siapa pengirim sms itu, nomernya tak tercatat diphonebooknya.

Daun pintu itu mulai bergeser ditarik Noah. Ia membelalak kaget. Kelopak matanya yang tadinya hampir terpejam karna lelah, kini terbuka lebar. Melihat siapa yang tersembul dibalik pintu kamar'a. . . .

(bersambung. . . . )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun