Mohon tunggu...
Stephanus Suryanto
Stephanus Suryanto Mohon Tunggu... -

Guru musik, yang selalu berusaha berpikir agar otak ga pikun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Dasar? Ya Keluarga...

16 September 2014   05:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:34 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ayah dari seorang anak. Kami menginginkan anak mendapatkan pendidikan terbaik dari yang terbaik. Karena harta yang bisa diwariskan adalah pendidikan. Untuk itulah kami sungguh mencari sekolah yang sungguh-sungguh baik, dan terjangkau dengan pendapatan kami tentunya.

Kebetulan saya seorang guru honorer, sekaligus praktisi musik. Mengajar dibeberapa sekolah.

Anggap saja....mulai sekolah yang “biasa” (baca: I) , sekolah “lebih baik” (baca: II) , hingga sekolah “terbaik” (baca: III), “terfavorit” (baca: IV), “luar biasa” (baca: V)  - (saya melihat dari segi uang bayaran sekolah murid dan keadaan sekolah beserta fasilitasnya).

Kembali pada intinya:


  1. Setiap orangtua menginginkan agar anaknya mendapatkan pendidikan terbaik.
  2. “Terbaik” pun juga tergantung mau dilihat dari segi apa.
  3. Sekolah terbaik, kadang bisa disebut sekolah favorit.
  4. Sekolah terbaik, mungkin adalah sekolah mahal.
  5. Sekolah terbaik, bisa jadi sekolah termurah.
  6. Sekolah terbaik, mungkin punya guru-guru terbaik dalam mengajar.
  7. Sekolah terbaik, mungkin memiliki disiplin tinggi.
  8. Atau apapun itu....

Banyak fenomena yang terjadi. Antara pendidikan – keluarga – lingkungan.

Saya akan coba mengurai dari apa yang saya tahu. Dan mengurai dari pengetahuan saya yang memang terbatas.

Terkadang anak yang bisa dilihat sedikit “bermasalah” mungkin bisa dilihat bagaimana pendidikan di dalam keluarganya. Siapa yang mendidik dia di dalam keluarga. Hal ini bukan berarti keluarga saya baik-baik saja. Tiap keluarga punya masalah tersendiri.

Saya mengajar di sekolah A, sekolah “biasa” (baca: I), antara kelas 3,4,5,6.

Nilai disiplin anak : 75 (50 – 100)

Nilai kesopanan anak: 70 (50 – 100)

Nilai kemampuan anak menerima pengajaran : 70 (50 – 100)

Saya mengajar di sekolah B, sekolah “lebih baik” (baca: II), antara kelas 3,4,5,6.

Nilai disiplin anak: 55 (50 – 100)

Nilai kesopanan anak: 55 (50 – 100)

Nilai kemampuan anak menerima pengajaran : 60 (50 – 100)

Saya mengajar di sekolah C, sekolah “terbaik” (baca: III), antara kelas 3,4,5,6.

Nilai disiplin anak: 80 (50 – 100)

Nilai kesopanan anak: 90 (50 – 100)

Nilai kemampuan anak menerima pengajaran : 80 (50 – 100)

Saya mengajar di sekolah D, sekolah  “terfavorit” (baca: IV), antara kelas 3,4,5,6.

Nilai disiplin anak: 75 (50 – 100)

Nilai kesopanan anak: 80 (50 – 100)

Nilai kemampuan anak menerima pengajaran : 75 (50 – 100)

Sekolah B keadaannya lebih baik dari sekolah A. Sekolah C terlihat lebih baik dari sekolah D. Saya tetap menilai tiap “permasalahan” anak adalah sebuah keunikan. Dan tidak sedikit pada anak yang bermasalah, adalah anak yang sesungguhnya pintar.

Ada beberapa orangtua yang mampu dalam segi “rejeki”, namun “tidak mampu” mengolah  “perkembangan” anaknya sendiri. Berfikir bahwa “Cari sekolah terbaik, mahal tidak masalah, yang penting mendapat pendidikan “bonafit”...”.

Kasihan sekali, seandainya ada sekolah peringkat terbaik, termahal, terfavorit, namun diisi oleh sikap orantua yang tak mau tahu, dan yang masuk disekolah itu adalah anak-anak yang membawa “permasalahan” keluarga yang “sulit diobati”.

Akhirnya sekolah tersebut menjadi sekolah yang penuh dengan permasalahan anak. Dan akhirnya... saya tidak mau membayangkan. Semoga anak anda cukup kuat dan tegar, dan tak tergoyahkan saat berada di sekolah tersebut.

Pendidikan dasar adalah...KELUARGA.

Bukan SEKOLAH...

Tiap orang pun tahu hal ini.

Mari para orangtua, mari mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Penuh kasih sayang, bukan penuh dengan uang. Bukan penuh dengan gadget (hiburan). Agar kita bisa mewariskan sesuatu yang baik, buat lingkungan sekitar, bangsa, negara, dunia, juga tanggungjawab pada Sang Khalik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun