Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beli Beras Murah Dituduh Maling Buktikan Tajamnya Kemiskinan Struktural di Negeri Agraris

8 Maret 2024   16:12 Diperbarui: 8 Maret 2024   16:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IIlustrasi beras. (SHUTTERSTOCK/SURAKIT SAWANGCHIT) diambil dari Kompas.com

Isakan tangis warga Baubau dituduh mencuri ketika membeli beras patut disorot dengan tajam. Karena begitu sedihnya nasib menjadi masyarakat awam, sudahlah kesulitan dengan harga beras yang naik tajam, membeli dengan harga yang murah pun dicurigai.

Sialnya yang meneriaki maling itu pejabat setingkat Kepala Dinas. Seorang yang bertanggung jawab untuk menjaga dan mengontrol keberadaan sumberdaya agar tetap stabil. Sumberdaya seperti beras itu semestinya bisa diakses masyarakat dengan murah dan mudah.

Tetapi apa daya hidup di negeri agraris tidak serta merta membuat harga beras murah. Masyarakat dipaksa menerima keadaan yang tidak senyata dengan kondisi keuangan. Hidup yang susah tak sebanding dengan kondisi ekonomi yang morat marit. Orang yang mengalami kesulitan semakin miskin, dan orang dengan status sosial lebih tinggi dengan mudah menuduh dan beralibi tak bermaksud mengatakan warganya maling.

Berita viral Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Baubau, La Ode Ali Hasan teriaki warga mencuri menunjukkan kemiskinan struktural yang terjadi. Ketika kondisi kemiskinan yang dialami oleh suatu golongan masyarakat terjadi karena tidak bisa ikut mengakses sumberdaya yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Tetapi, mengaksesnya ternyata tak mudah dan ketika ingin membelinya penuh dengan kecurigaan.

Operasi Pasar Bukti Ketikdakmampun Pemerintah Menjaga Kestabilan Pasokan Beras 

Harga beras yang mahal dituding terjadi karena belum terjadinya panen raya dan pasokan beras yang menurun. Apesnya ada alibi lain yang diucapkan pejabat pemerintah, kalau harga beras mahal tak terjadi di Indonesia saja. Bukannya mencari cara agar harga beras stabil, malah membuat pernyataan seolah-olah kondisi yang terjadi saat ini harap dimaklumi.

Pemakluman harga beras mahal tak bisa dibiarkan, karena sangat berdampak terhadap pengeluaran keluarga. Bayangkan saja, tadinya bisa membeli beras dengan harga Rp10.000/ liter, saat ini minimal dengan minimal harga Rp15.000/ liter. Selisih harga beras semakin mahal tentu saja bikin sensasi. Sehingga, menjadi pemberitaan skala nasional.

Lalu, diadakan operasi Pasar yang tujuannya agar bisa membuat harga beras menjadi turun kembali atau setidaknya menjadi stabil. Kenyataannya tidak semudah itu. Bagaimana harga bisa stabil, kalau pasokan beras saat ini dikatakan pemerintah memang sedang mengalami kekurangan. Hal ini malah membuktikan kalau Pemerintah tidak mampu menjaga Kestabilan Beras.

Tetapi mau bagaimana lagi, Presiden tetap bersikukuh menyatakan bahwa stok beras nasional dalam kondisi yang baik dan tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan. Namun, tidak memberi solusi dengan kondisi harga yang mahal saat ini. Hanya bisa berharap akan terjadi panen raya yang akan berdampak terhadap penurunan harga. Yang intinya, masyarakat harus bersabar harga beras tak bisa turun dalam waktu sesingkat-singkatnya dan secepat-cepatnya. Harap sabar, sudah biasa hidup susah toh?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun