Cita-citanya adalah mewujudkan masyarakat yang kuat dan berdaya secara ekonomi di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga dikenal banyak orang melalui kreativitas mengolah tanaman Hanjeli.
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Purna Migran Indonesia di Desa Wisata Hanjeli
Kegiatan yang berlangsung di Desa Wisata Hanjeli melibatkan perempuan yang dikenal sebagai mantan tenaga kerja wanita (TKW) atau Purna Migran Indonesia (PMI). Para Perempuan PMI tersebut bergabung menjadi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar mandiri. Pemimpin KWT adalah seorang ibu bernama Koya.
Meraka terlibat dalam pengolahan produk pangan lokal, pemandu desa wisata, dan membuat aksesoris Hanjeli. Bahkan Apabila datang wisatawan  dari luar negeri sudah disiapkan pemandu wisata yaitu seorang ibu bernama Wati yang bisa menjelaskan dalam bahasa Inggris. Jadi, turis asing dapat memahami potensi yang terdapat di Desa Wisata Hanjeli.
Demikian pula, produksi kerajinan yang dipajang di toko aksesoris Hanjeli dipimpin oleh seorang wanita bernama Dedeh. Ia juga mantan Purna Migran Indonesia yang kreatif dan bisa membuat kalung, gelang dan pernak-pernik lainnya.
Keterlibatan perempuan PMI dalam berbagai kegiatan di Desa Wisata Hanjeli diharapkan bisa memenuhi kebutuhan hidup dari potensi tanaman pangan lokal. Sehingga, tidak perlu bekerja ke luar negeri untuk menjadi TKW lagi.
Mengajak Pemuda Lokal Dalam Kegiatan Ekonomi Kreatif
Jika peran para perempuan PMI sangat besar di Desa Wisata Hanjeli, bagaimana dengan keterlibatan para pamuda di sana? Warga berusia muda juga diajak terlibat dalam kegiatan untuk mendukung keberlanjutan pengembangan Desa Waluran Mandiri dengan konsep eduwisata.
Para pemuda terlibat dalam membuat kerajinan gelas bambu. Sebelumnya mereka diberikan pelatihan terlebih dulu hingga mampu mengerjakan sendiri. Gelas bambu yang telah jadi bisa menjadi cenderamata yang bisa dibawa pulang wisatawan lokal maupun macanegara.
Prinsip Pola pemberdayaan juga ditekankan kepada para pemuda, bukan hanya bisa memproduksi hasil kerajinan mambu, mereka juga diarahkan untuk mencari pasar sendiri. Tujuannya agar para pemuda bisa lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang tua.Kegiatan lain yang didukung para pemuda yaitu adanya Rumah Baca Sauyunan dan Budidaya Ikan Lele.
Sebelumnya, Asep juga pernah mencetuskan kegiatan Program Pirus singkatan dari Pipir Rumah Diurus yang mengajak masyarakat dan anak muda untuk mengurus lingkungan di sekitar rumahnya. Kegiatannya seperti memelihara lele di ember dan menanam sayuran kangkung, pakcoy, sawi, salada, serta bayam di sekitar tempat tinggal yang lahannya belum dimanfaatkan.
Adanya beragam aktivitas yang dikembangkan di Desa Wisata Hanjeli membuat lebih banyak warga yang bisa berdaya. Bahkan untuk menjelaskan dan sumber informasi, didirikan Rumah Hanjeli Indonesia sebagai pusat informasi terkait tanaman hanjeli sebagai  potensi produk pangan lokal yang bernilai ekonomi. Fasilitas yang telah dibangun di desa ini cukup lengkap, antara lain: Rumah Baca Suyunan, Rumah Hanjeli Indonesia, Saung Lisung Hanjeli, dan homestay untuk wisatawan yang ingin menginap.