Pendirian Desa Wisata Hanjeli berawal dari ide Asep Hidayat Mustofa untuk memperkenalkan tanaman pangan tradisional bernama Hanjeli. Tempatnya terletak di Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.
Hanjeli (Coix lacryma-jobi) adalah tanaman jenis biji-bijian yang tergolong siku padi-padian atau jamak disebut jali atau jali jali. Ketertarikan pertama Asep untuk mengembangkan tanaman ini ketika bibinya membawakan bubur berbahan hankeli yang ternyata terasa enak.
Pengalaman itu mendorong dirinya untuk menemukan dan meneliti cara mengolah dan memakan tumbuhan tersebut dan menjadi berbagai produk makanan. Menariknya, eksperimennya membuktikan bahwa hasil olahan hanjeli bukan hanya bubur, tetapi menjadi beberapa jenis makanan.
Disebabkan Potensinya , ia mengajak masyarakat sekitar tempat tinggalnya untuk ikut menanam hanjeli. Langkah yang dilakukannya tidak mudah, karena bukan tanaman pangan yang populer dan cenderung terbengkalai hanya berupa tanaman pagar.
Tetapi, Asep telah membuktikan bahwa Hanjeli tidak sekedar diolah menjadi produk makanan saja. Melainkan, dapat dikembangkan untuk memberikan manfaat yang lebih luas. Pada akhirnya bersama  masyarakat setempat mendirikan Desa Wisata Hanjeli dengan konsep wisata edukasi yang memiliki potensi pariwisata dan meningkatkan perekonomian warga di tempat tinggal sekitarnya.
Mengembangkan Produk Pangan Lokal di Desa Wisata Hanjeli
Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan tanaman hanjeli sejak tahun 2010, Asep telah membuktikan bahwa hanjeli bisa menjadi beberapa produk kuliner seperti Nasi Liwet Hanjeli, Bubur Hanjeli, Dodol Hanjeli, Rengginang Hanjeri, dan Kicimpring Hanjeli.
Semua produk pangan lokal tersebut pula membuat Desa Wisata Hanjeri semakin terkenal. Asep tidak hanya menjual produk dalam kemasan, tetapi juga memperkenalkan kepada orang-orang yang datang ke Desa Waluran Mandiri dan mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam menumbuk hanjeli di Lisung, menampi di Nampan dan pengolahan semua jenis makanan tersebut.
Wisatawan yang datang biasanya tertarik untuk terlibat secara langsung dalam pengolahan makanan lokal. Jadi, harus bisa memberikan edukasi kepada pengunjung yang datang ke desanya. Ia juga menunjukkan bahwa produk dari tanaman hanjeli dapat dimakan dan bernilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
Asep merasa tidak bisa sendirian dalam mengembangkan Desa Wisata Hanjeli. Ia mengajak masyarakat dengan konsep pemberdayaan berbasis kampung. Dari proses pengolahan, mengenalkan produk, hingga pemandu wisata, ia bekerjasama dengan masyarakat lokal yang sebagian besar dari para pemuda dan perempuan Purna Migran Indonesia.