Selama bulan Ramadan hingga hari ke-17 ini, saya bersama anak sulung berjualan di bazzar Ramadan di kantor Desa Cimahi, Kecamatan Cicantayan Sukabumi. Dari pengalaman berdagang makanan berbuka puasa berupa es teh dan dimsum, saya merasakan manfaat hablum minannas dengan berhubungan baik di antara para pedagang.
Sebagai pedagang makanan berbuka puasa amatir atau baru pertama kali berjualan, hal yang dipikiran saya adalah mendapatkan untung. Jangan sampai makanan tidak laku. Pokoknya harus lebih laris dibandingkan dengan pedagang lain. Tak dinyana apa yang dikepala saya ambyar semua. Karena berdagang itu ternyata bukan sekedar niat mengambil untung sendiri semata, melainkan harus ada kerjasama antar pedagang. Â Â
Dagangan Makanan Buka Puasa itu Dilariskan Pedagang Lain
Pada awal berjualan, meja terlihat tampak sepi pembeli. Es teh dan dimsum lama sekali bertemu dengan pembeli pertamanya. Sementara pedagang di sekeliling saya sudah laku banyak. Hati siapa yang tak bimbang melihat makanan yang diniatkan laris manis itu ternyata bertolak belakang faktanya.
Disebabkan tampak tidak laku, saya mulai memikirkan beberapa strategi. Dari berteriak, "dimsum, es teh, dimsum, es teh." Hasilnya tetap nihil. Tak ada pengunjung yang datang ke meja jualan saya. Â
Lalu tiba-tiba saja seseorang datang ke meja saya. "Bang, saya beli dimsum dan es teh nya satu ya," saya pun mengangguk dan bergegas menyiapkan pesanan. Orang yang membeli tersebut adalah seorang ibu penjual es buah yang lapak berjualannya tepat di samping kanan meja saya. "Penglaris ya bang, " katanya singkat.
Benar saja pembeli berikutnya mulai datang satu per satu ke meja dagangan saya. Menariknya, tak jarang ibu pedagang di sebelah saya itu turut menawarkan dimsum dan es teh jualan saya. "Itu dimsum jualan abang ini enak loh," jelasnya singkat ketika pembeli selesai membeli es buah miliknya. Â
Sehingga, mau tak mau beberapa pembeli datang ke meja dagangan saya. Tak semua membeli, setidaknya orang-orang mulai menghampiri meja saja sudah membuat senang.
Tak sampai disitu, seorang ibu yang meja dagangannya terletak berseberangan di depan meja saya bertanya apakah boleh menjualkan makanan berbuka milik saya. Dagangan miliknya sendiri sudah hampir habis. Saya tentu saja mengizinkan dengan riang gembira. Semakin sedikit beban untuk menjual dimsum dan es teh tersebut.
Jadilah dagangan makanan buka puasa yang saya jual itu malah dilariskan pedagang lain. Barulah saya sadari kalau cara berjualan makanan berbuka puasa di bazzar ini dengan nilai kebersamaan. Satu sama lain pedagang memperhatikan jualan pedagang lain dengan niat menolong kalau kurang laku.
Suasana berjualan pun terasa lebih nyaman, karena ada saya pedagang yang mengajak ngobrol dikala penunjung sepi. Sekedar bercerita tentang barang jualan miliknya hingga curhat mengenai ekonomi keluarga.