Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Anak-anak Terlibat dalam Pembunuhan Massal Suporter Sepak Bola

24 September 2018   18:42 Diperbarui: 24 September 2018   18:53 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Video pembuhan massal supporter sepak bola itu begitu banyak disebarkan oleh netizen. Isinya tentang pukul, lempar, dan akhirnya menemui ajal. Kepala berdarah, satu orang manusia terkapar, ratusan lainnya terus menghajar semakin beringas. 

Teriakan seperti semakin menyemangati para suporter sepakbola. Satu orang berhadapan dengan ratusan orang lainnya. Hasilnya tentu saja mati konyol.

Bagi anda yang belum melihat videonya. Hentikan. Tidak usah mencarinya. Video itu hanya bentuk kebarbaran para suporter bola. Kalau penasaran ya sudah, saya pun menontonnya sambil tutup mata dan setelahnya sakit kepala melihat darah begitu tampak "halal". Darah sesama manusia hasil pembunuhan massal.

Bagi saya kasus kematian tersebut tentu saja kasus pembunuhan. Buktinya ada, video yang menyebar di media sosial.

Sialnya dari video yang menyebar itu, ada banyak anak-anak dan kaum remaja menujukkan keberingasannya. Kaki menendang ke arah kepala. Diantara darah yang bercucura, sembari mereka melihat seseorang menanti ajal.

Sekali lagi, anak-anak sudah begitu tega terlibat menghajar seseorang yang tak punya daya upaya, bahkan meminta pertolongan pun tak bisa.

Anak-Anak Sebagai Pelaku Kekerasan dan Pembunuhan Massal Suporter Bola

Dari video yang disebarkan netizen itu pula, saya menjadi mulai bertanya-tanya, jangan-jangan anak dan remaja memang terbiasa teransang untuk melakukan kekerasan. Buktinya kian banyak berita tawuran dengan hasil yang sama, yaitu jatuhnya korban jiwa. Menghajar sang musuh dengan satu tujuan untuk mencabut nyawanya.

Sama kejadiannya dengan kasus kematian supporter bola tersebut. Dua tim besar yang punya sejarah kekerasan antar pendukung bertemu. Hasilnya deratan kematian demi kematian.

Menariknya beriring berita kematian sang suporter bola dari Persija, muncul pula berita kenangan tentang kematian Rangga suporter bola dari Persib. 

Tak ayal ini seperti sebuah ungkapan, "nyawa dibayar nyawa". Begitu beringaskah suporter bola kita? Jika dilihat dari faktanya adakah jawaban terhalus lainnya selain tentang keberingasan. Menendang, melempar benda keras, dan berujung kematian. Kurang beringas apalagi.

Beringas yang naifnya dilakukan oleh anak-anak dan kaum remaja. Mereka yang usianya masih begitu muda. Sejak muda mau terlibat dalam pengeroyokan, mau apa jadinya anak-anak muda itu pada masa mendatang?

Kasus pembunuhan suporter sepakbola tidak bisa dibiarkan, karena bukan soal melibatkan permusahan antar dua kubu pecinta tim masing-masing. Masalahnya ada anak-anak dan kaum remaja yang terlibat di dalamnya. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas masalah yang terus berulang ini?

Pemerintah Daerah, Kemenpora, PSSI, dan Pihak Klub harus Bertanggung Jawab

Kepada siapa lagi kita berharap kasus pembunuhan massal oleh suporter sepakbila berakhir, selain kepada pemangku kepantingan. Kemenpora sudah mengatakan tidak akan tinggal diam atas kasus beruntal ini.

Pihak klub sudah meminta maaf. Pemerintah daerah sudah mengutuk keras kasus kematian suporter Jakmania ini. Tetapi itu tentu saja tidak cukup, Karena kasusnya berulang kali terjadi.

PSSI harus mengatasi masalah ini, karena organisasi sepakbola tersebuat sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas insiden kekerasan antara suporter sepakbola. Sebagai organisasi yang memayungi klub sepakbola sudah selayaknya PSSI ambil tindakan, agar tidak ada lagi nyawa-nyawa anak muda yang melayang. Mereka yang ingin menonton klub kesayangannya, malah kembali pulang tak bernyawa. 

Semoga saja pemerintah daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat juga bisa membantu menyelesaikan persoalan permusahan antara dua suporter sepakbola, agar kasusnya tidak terus berlarut-larut. Tidak ada lagi anak-anak dan kaum remaja terlibat dalam pengeroyokan. Hal yang paling penting tidak ada duka lagi seperti kematian sosok muda seperti Haringga lagi pada masa mendatang. Semoga saja.

Akhir kata, turut berduka cita untuk Haringga, dari saya Pendukung yang  hatinya mendukung dua klub sebagai pendukung Persib Bandung dan PSMS Medan. Mohon maaf atas duku yang tercipta untuk keluarga korban. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun