Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Inspirasi dengan Mencari Donasi Buku untuk Anak-anak Kampung Cibiru

9 September 2016   14:23 Diperbarui: 9 September 2016   19:19 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persentase Sekolah yang Memiliki Perpustakaan | rumahbacabambubiru.blogspot.com

Sejak Pindah ke Sukabumi pada Februari 2016, saya mulai berkenalan dengan orang-orang yang bergiat di dunia literasi. Mereka telah membangun lebih dari 10 rumah baca pada kampung yang berbeda di Kabupaten dan Kota Sukabumi. Seorang kawan bernama Ifram mengenalkan saya dengan mereka yang kebetulan sedang berkumpul di Rumah Baca Bambu Biru, di Kampung Cibiru, Sukabumi. Dari perkenalan itu, saya menyatakan kalau berminat juga mendirikan rumah baca di rumah saya. “Coba saja kang, nanti kita bantu menyediakan buku,” jawab salah satu diantara mereka secara spontan. 

Sebetulnya, saya bukan mau meminta untuk disediakan buku, tetapi meminta saran dan cara agar rumah baca bisa berjalan dan tidak berhenti di tengah jalan. “Pokoknya mah kang, kenal dulu dengan lingkungan rumah, biar warga merasa memiliki,” Kata kang Iponk waktu itu. Kang Ipong merupakan sosok digaris depan menggandeng teman-temannya untuk terus bergiat membangun rumah baca di Sukabumi.

Seiring waktu berlalu, rumah baca di rumah saya tak pernah terwujud, karena hanya anak-anak usia PAUD dan TK. Teman-teman anak saya yang berumur 4 tahun. Anak-anak usia SD yang diperkirakan sudah bisa membaca malah enggan berkunjung ke rumah. Saya dan istri sudah mengumpulkan buku untuk anak saya sejak si kecil baru lahir, makanya saya yakin bisa mendirikan rumah baca, meski jumlah bukunya tak begitu banyak. Tetapi apa daya, jadilah buku-buku si kecil tetap teronggok diraknya dan sesekali malah menjadi alat bermain anak saya dan teman-temannya.

Sadar dengan kondisi yang tak memungkinkan untuk mendirikan rumah baca. Maka saya meniatkan untuk membantu Rumah Baca Bambu Biru, kebetulan lokasinya tak begitu jauh dari rumah saya. Saya pun berbicara dengan Kang Pibsa sebagai pengelola rumah baca akan membantu mencarikan buku. Saya mengikuti saran teman-teman penggiat rumah baca untuk mencari buku dari pertemanan, komunitas, dan media sosial.

Saya pun mulai bergerilya mencari buku dengan mengontak teman, membagikan permintaan donasi di komunitas, dan beriklan di sosial media. Trik tersebut ternyata jitu, seorang teman dari Tangerang bernama Bang Luter mengatakan akan mengirimkan banyak buku. Tidak main-main rupanya, dia mengirimkan buku dengan berat paket 44 kg. Saya sumringah sekali ketika menerima buku tersebut. Saya betul-betul tak menyangka ada orang yang mau menyumbang buku sebanyak itu. Tak lama dari pengiriman itu, seorang teman yang berkerja di Kementerian Kehutanan pun memberi pesan akan segera mengirimkan buku juga. Sejujurnya saya senang bukan main atas dua kiriman tersebut.

Sumbangan 44 kg Buku | rumahbacabambubiru.blogspot.com
Sumbangan 44 kg Buku | rumahbacabambubiru.blogspot.com
Lalu, sekitar bulan Maret, saya diinformasikan oleh seorang teman di sebuah komunitas, kalau Femina Group juga mau memberikan donasi buku. Saya diberikan nomor kontak seseorang yang berkerja di Femina Group. Ada syaratnya, rumah baca diminta untuk mengirimkan pengajuan donasi bukku. Syarat tersebut saya penuhi, meskipun belum pernah membuat proposal pengajuan donasi buku. Saya mencari contoh pembuatan proposal di internet dan tak lama saya kirimkan proposal melalui surat elentronik. 

Gayung bersambut, beberapa hari kemudian email saya dibalas dan Femina Group menyatakan akan memberikan 100 judul buku untuk di donasikan kepada Rumah Baca Bambu Biru. Ada jedah waktu satu bulan, hingga buku benar-benar bisa diterima dan disalurkan langsung ke rumah baca. Jadilah dari semua donasi itu dalam tempo beberapa bulan, buku bertambah lebih dari 200 buku.

Banyak Buku, Banyak Membaca | Dokpri
Banyak Buku, Banyak Membaca | Dokpri
Tak hanya dalam bentuk buku, donasi juga dikirimkan berupa uang dan ditransfer melalui rekening pribadi saya. Dari sejumlah teman, rumah baca menerima donasi diatas 1 juta rupiah. Uang tersebut digunakan untuk kegiatan perlombaan anak-anak dan dibuatkan sebuah rak buku yang ukurannya cukup besar. Menariknya, rak buku berbahan bambu ini dibuat oleh warga lokal. Jadi donasi tersebut bisa menambah sedikit penghasilan salah satu warga di Kampung Cibiru.

Saat ini masih banyak orang baik yang menyumbangkan buku, sehingga buku yang awalnya hanya sekitar 200 buah. Kini, buku yang dimiliki Rumah Baca Bambu Biru berjumlah sekitar 1.200 buku dan rak telah bertambah satu buah. “Anak-anak senang sekali kalau ada buku baru,” kata kang Pibsa suatu kali ketika membicarakan tentang pengembangan kegiatan rumah baca.

Tidak ada Perpustakaan di Sekolah

Pendirian rumah baca yang lokasinya di rumah Kang Pibsa ini memang tampak disambut baik oleh anak-anak dan warga sekita, karena sekolah Madrasa Ibtidaiyah (MI) Kampung Cibiru tidak memiliki perpustakaan. Kondisinya sangat jauh dengan kondisi sekolah yang ada di perkotaan.

Jumlah sekolah yang memiliki perpustakaan terhitung rendah di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data dari website resmi Kemendikbud, lembaga pendidikan tingkat SD yang memiliki perpustakaan hanya 35 %, tingkat SMP berjumlah 58%, tingkat SMA sekitar 59 %, dan SMK malah lebih kecil yaitu 36%. Dari angka tersebut disimpulkan, masih begitu banyak sekolah yang belum memiliki perpustakaan sendiri.

Persentase Sekolah yang Memiliki Perpustakaan | rumahbacabambubiru.blogspot.com
Persentase Sekolah yang Memiliki Perpustakaan | rumahbacabambubiru.blogspot.com
Jadi, tindakan yang dilakukan para penggiat literasi dengan mendirikan rumah baca di Sukabumi merupakan langkah besar yang patut diacungi jempol. Rumah baca menjadi sarana pendukung kegiatan pendidikan dari sekolah di sekitar kampung. Selain itu pendirian rumah baca ini jadi pendukung untuk pemberantasan tuna aksara, yang kondisi bukan sekedar tak mampu membaca. Tetapi masalah keaksaraan itu juga tentang kesediaan sarana untuk membaca, yakni buku. Rumah baca dapat menjadi daya dukung untuk pemberantasan tuna aksara. Ada 19.736 orang yang tuna aksara di Kabupaten Sukabumi.

Data Persentase Tuna Aksara Kab. Sukabumi | Dokpri
Data Persentase Tuna Aksara Kab. Sukabumi | Dokpri
Data dari Kemendikbud tersebut merupakan fakta yang tak bisa dibantah bahwa banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Kabupaten Sukabumi.

Membaca Hingga Petang | rumahbacabambubiru.blogspot.com
Membaca Hingga Petang | rumahbacabambubiru.blogspot.com
Kang Pibsa mengakui minat baca anak-anak ternyata sangat tinggi. Tak jarang, beberapa anak membaca buku hingga menjelang magrib. Anak-anak tampak sangat antusias membaca buku. “Kalau disediakan buku, kayaknya minat baca anak-anak mah bagus,” kata kang Pibsa melihat semakin banyak anak-anak yang berkunjung ke rumah baca. Anak-anak yang bosan membaca biasanya memang tak langsung pulang, mereka bisa bermain congklak dan egrang yang disediakan rumah baca. Jadilah anak-anak bisa membaca diselingi waktu bermain.

Kampung Cibiru Akan Dijadikan Kampung Egrang         

Pemerintah desa yang melihat perkembangan rumah baca, mulai mendukung salah satu kegiatan dari rumah baca berupa mempertahankan permainan tradisional, khususnya berupa egrang. Pihak Desa memiliki ide akan menjadi Kampung Cibiru tempat rumah baca berada sebagai Kampung Egrang. Kampung Cibiru mau dikenalkan sebagai kampung yang mampu mempertahankan permainan tradisional. Permainan tradisional egrang memang telah menjadi bagian keseharian anak-anak, begitu pula permainan lain, seperti damdas, bakiak, galasin dan beberapa permainan tradisional lainnya. Kalau ada perlombaan di Kampung Cibiru pasti diadakan lomba permainan tradisional.

Lomba Balap Egrang | Dokpri
Lomba Balap Egrang | Dokpri
Menariknya Rumah Baca Bambu Biru ini didukung untuk terus dikembangkan oleh Kepala Desa bernama Kang Fikri. Kepala Desa yang baru meraih gelar master di Institut Pertanian Bogor tersebut tampaknya melihat geliat kegiatan kampung dengan pendirian rumah baca dapat terus dikembangkan kedepannya. Kades ingin sekali terdapat ciri khas untuk Desa Cicantayan, yang diawali dari kegiatan kampung.

Selain itu, agar Rumah Baca Bambu Biru bisa dikenal oleh dunia luar, saya membantu dalam mengelola akun facebook dan membuat blog sebagai media informasi. Blog Rumah Baca Bambu Biru juga secara rutin menuliskan artikel tentang berbagai kegiatan Rumah Baca Bambu Biru dan jaringan rumah baca lainnya. Jadi Rumah baca tersebut telah memiliki media informasi sendiri untuk menceritakan berbagai perkembangan kegiatan yang telah dan akan dilakukan.

Menurut saya, pendirian Rumah Baca Bambu Biru sebagai sarana pendukung lembaga pendidikan sangat menginspirasi. Orang-orang kampung juga bisa berbagi inspirasi kepada orang lain. Rumah Baca Bambu Biru terus mencari buku yang layak bagi masyarakat, khususnya untuk anak-anak di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan, Sukabumi. Supaya anak-anak memiliki banyak pilihan buku untuk dibaca dan pengetahuan mereka semakin bertambah dengan adanya Rumah Baca Bambu Biru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun