Dari sudut pandang pengamat politik tersebut bisa dilihat kalau kebijakan politik berbeda dengan lebih memperhatikan kondisi rakyat menjadikan citra dirinya sebagai orang yang dipercaya dan dianggap cukup mumpuni sebagai seorang pemimpin Kota Jakarta.
Sementara Arief Munandar, Doktor Sosiologi Politik & Organisasi Universitas Indonesia (sumber ada di sini) menyatakan kemunculan Teman Ahok bisa dilihat sebagai fenomena "sais yang menemukan kudanya". Saisnya tentu Ahok dan para master mind dan pemodal di belakang yang berkepentingan, agar Ahok terpilih kembali menjadi DKI. Sedangkan kudanya adalah anak-anak muda pemberontak yang penuh semangat menentang orang-orang tua, khususnya para elit parpol yang tak henti-hentinya menunjukkan absurditas perilaku yang memuakkan.
Kedua peran sebagai kesatuan Sais dan Kuda tersebut berupaya melawan tokoh-tokoh lama yang mewakili cara berpikir lama, tradisi lama, praktik-praktik politik lama. Orang-orang lama yang seyogianya tak lagi dielus-elus sebagai jagoan. Teman Ahok tampil layaknya ksatria putih bersih dari sekumpulan anak muda yang mendambakan pemimpin yang membawa perubahan.
Lalu Ahok sebagai pemeran utama berhasil ditampilkan sebagai sosok pendobrak, anti-kemapanan, dan taktis bertindak. Ahok yang tak sabaran, ceplas-ceplos, dan tak segan "berkelahi" dengan siapapun. Bahkan umat Islam yang merupakan mayoritas di Jakarta dan Indonesia juga tak luput diajak adu urat.Â
Tindakan Ahok dan dorongan dari pendukungnya dinilai cukup berhasil menjadikan Ahok sebagai sosok yang punya track tak lazim. Namun segala tindak-tanduknya tercatat di memori kolektif publik sebagai pendobrak yang punya nyali baja, layak untuk dipertimbangkan sebagai seorang pemimpin.
Apa yang terjadi pada diri Ahok sebagai subjek pemeran utama dalam pertaruhan menjadi pemimpin Jakarta patut dipertimbangkan, dia berhasil menang start dengan dukungan Teman Ahok dan akhirnya diusung oleh 3 partai partai politik. Jangan dilupakan pula, Ahok membuktikan kepemimpinan dan kebijakan yang berbeda dalam artian mendukung kepentingan rakyat, mau digoyang bagaimana pun oleh berbagai pihak, tetap saja mampu menarik simpati nantinya.