Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Egrang Menjadi Primadona di Gathering Sukabumi Facebook

30 Mei 2016   20:04 Diperbarui: 31 Mei 2016   07:48 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah anda masih melihat anak-anak di sekitar tempat tinggal anda bermain egrang? Apakah anda pernah mencoba mengenalkan kembali permainan tradisional ini? Saya melihatnya sendiri  ternyata egrang menjadi permainan primadona yang dicoba dari anak-anak, remaja, hingga orang tua dalam acara gathering komunitas Sukabumi Facebook (SF) Family Day 2016.

Siapa yang membawa egrang ke acara kumpul keluarga komunitas terbesar se-Sukabumi tersebut? Komunitas Egrang Sukabumi  namanya, sebuah komunitas yang digagas oleh Pemuda Kreatif bernama Pibsa Zulva dan Ifram Purnama dari Kampung Cibiru, desa Cicantayan, Kec. Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Inspirasi mendirikan komunitas ini berasal dari adik-adik Rumah Baca Bamboe Biru yang juga berada di Kampung Cibiru. 

Adik-adik tersebut menjadikan egrang menjadi salah satu permainan favorit yang dimainkan setiap hari. Nah, kedua pemuda tersebut berpikir egrang sudah seharusnya dimainkan oleh banyak orang kembali  dan tidak hanya di Kampung Cibiru saja. Maka tercetuslah ide dari Ifram, “bagaimana kalau kita buat sebuah komunitas saja agar dikenal banyak orang.” Akhirnya diputuskan nama Komunitas itu adalah Komunitas Egrang Sukabumi yang disingkat Korang Bumi. Anggota Komunitas ini ya tentu saja dimulai oleh adik-adik dari Rumah Baca Bambu Biroe ditambah seluruh pengelola dan relawannya.

Komunitad dalam Gathering, Foto dari Sukabumi Facebook
Komunitad dalam Gathering, Foto dari Sukabumi Facebook
Kebetulan sekali Ifram yang juga menjadi anggota group di Sukabumi Facebook melihat rencana diadakan gathering komunitas terakbar di Sukabumi pada tanggal 29 Mei 2016. Lalu, Korang Bumi didaftarkan melalui email sebagai salah satu dari 24 komunitas yang turut serta dalam perhelatan tersebut. Persiapan demi persiapan dilakukan, salah satu yang persiapan terpenting adalah membuat egrang yang lebih besar dan lebih tebal, agar bisa dimainkan oleh siapapun nantinya. 

Kang Pibsa mengatakan, “buat egrang ini mah susahnya melubangi bambu untuk sandaran kakinya, karena harus mencukil batang bambu dengan pisau. Cape juga, kan bambunya juga tebal.” Jadilah niatan membuat 5 egrang, hanya bisa membuat 3 saja, itu pun dengan susah payah. Kenapa tidak membawa egrang yang sudah ada saja? Egrang yang sudah dibuat sebelumnya diragukan dapat dimainkan oleh semua orang, apalagi ukuran bambunya cenderung lebih kecil.

Membuat egrang, kang pibsa dan kang ifram, foto koleksi Korang Bumi
Membuat egrang, kang pibsa dan kang ifram, foto koleksi Korang Bumi
Singkat kata, hari gathering akhirnya tiba juga dan egrang sudah siap untuk dibawa ke acara yang diadakan di hotel Selabintana, Sukabumi. Hari itu ada 3 orang anak-anak dari Rumah Baca Bambu Biroe sekaligus anggota Korang Bumi dibawa ke acara tersebut. Zalfa, Ujang, dan Ipul senang bukan main, karena mereka jarang sekali bermain ke luar kampung dan bertemu dengan begitu banyak orang hari minggu pagi tersebut. Setelah registrasi kepada panitia dengan membayar Rp20.000 per orang sebagai tanda keterlibatan dalam gathering, Korang Bumi pun menyewa tikar dengan harga Rp15.000 untuk lapak anak-anak. Oh ya, uang registrasi gathering digunakan untuk kegiatan amal yang dikoordinir oleh panitia dari Sukabumi Facebook.

Zalva, Ipul dan Ujang beraksi bermain Egrang
Zalva, Ipul dan Ujang beraksi bermain Egrang
Setelah beristirahat sebentar duduk di tikar yang disewa, egrang rupanya sudah menjadi bidikan pengunjung lainnya. “Enggak nyangka, baru duduk sebentar egrang sudah dipinjam sama komunitas lain,” Kata Novita selaku pengelola Rumah Baca Bambu Biroe, Divisi Pengenalan Permainan Tradisional. Kadang-kadang Ujang, Zalva, dan Ipul juga menunjukkan kemampuan mereka bermain egrang. Kemampuan mereka berjalan diatas dua bambu itu tak pelak menjadi pusat perhatian. Dari yang memfoto sampai bertanya, bagaimana caranya memainkan egrang tersebut. Ya bagi mereka tentu mudah saja, injak sandaran kaki, berdiri, dan berjalan santai dengan egrang. Wong, saban hari memainkan egrang.

Ipul menunjukkan keahliannya
Ipul menunjukkan keahliannya
Seperti yang saya tulis pada paragraph pertama, komunitas lain yang meminjam egrang dari anak-anak hingga orang dewasa.

Ada ayah yang mengajarkan anaknya meminkan egrang

Ayah mengajarkan anak bermain egrang, Foto dari Sukabumi Facebook
Ayah mengajarkan anak bermain egrang, Foto dari Sukabumi Facebook
Ada pemuda yang mencoba bernostalgia pada masa kecilnya dengan bermain egrang

spring-2-574c388fef9273a60744bc78.jpg
spring-2-574c388fef9273a60744bc78.jpg
Walikota Sukabumi juga setuju Egrang harus tetap dimainkan oleh anak-anak jaman sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun