Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meraup Rupiah dari Sambal Teri Medan Kece

9 Februari 2016   08:52 Diperbarui: 10 Februari 2016   08:23 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan, istri saya menyadari butuh tambahan uang yang lebih untuk membiayai anak yang mulai besar. Apalagi ia ingin anak semata wayang kami masuk PAUD, “biar kenal banyak teman”, katanya. Maklum saja, anak kami pemalu bukan main, kalau ketemu orang. Kalau sudah kenal orang sih, si kecil bisa menjadi malu-maluin.  Nah, istri saya sebetulnya sudah lama memulai usaha dari membuat Nugget hingga membuat Schotel goreng. Tetapi apa daya, tak banyak perkembangan dari usaha rumahan tersebut sebelumnya. Malang tak dapat ditolak, untung sebatas beli nasi kuning di pagi hari.

Tak mau bermuram durja, dia putar otak. “Kita bikin Teri Sambal dalam Kemasan saja yuk, yah”, imbuhnya pada suatu malam, saat saya mengetik laporan kerjaan yang belum beres. Sebagai ayah yang juga mau anak semata wayang menikmati manisnya bangku sekolah, saya setuju. Toh saya tak meragukan kemampuan memasaknya. Saya dukung sejadi-jadinya, walau modal sebatas ratusan ribu. Ya mulai saja, “kalau mau usaha enggak usah banyak mikir,” seperti kata Om Bob Sadino.

Teri Kece pun Dibuat Sebagai Produk Anyar

Hirau akan minimnya pendapatan usaha masa lalu, ia membuat Teri Sambal menjadi benar-benar produk yang dapat dijual. Istri saya yang manis maramu produk teri sambal dari bahan Teri Medan atau biasa juga disebut Teri Nasi. Aduhai, tak tanggung-tanggung, dia membuat Teri Medan Kemasan dalam 3 rasa; rasa sambal pedas manis, sambal pedas, dan sambal hijau. Uji coba usaha Sambal Teri tak bisa sekali masak rupanya. Nyaris sebulan dia mencoba terus, memilih teri, memilih sambal, hingga menakar-nakar rasa seperti apa yang akan disenangi konsumen. “Lidah orang harus nyess terhadap rasa Sambal Teri ini”, sambil menyuruh saya mencicipi, sekaligus sebagai kelinci percobaan sambal teri medannya.

Akhirnya setelah puas memasak dan perut saya kebal sambal. Dia yakin Teri Medan buatannya akan laris manis dipesan pembeli. Masalahnya, menjual teri begitu saja tanpa merk, akan rendah nilai jualnya. Lalu ia pun berpikir untuk membuat nama produk. Tak lama rupanya ia memikirkan namanya. Dengan harapan Teri buatannya akan menghasilkan rupiah yang kece jumlahnya, dia membuat nama produk Sambal Terinya dengan nama TERI KECE. Dibalik usaha, harus ada doa yang maknyus. Nama Teri Kece itu sebagai wujud usaha dan doa buat tambahan pemasukan bagi keluarga. Itu harapan besarnya.

Rupa-rupanya, dia sudah memikirkan bagaimana menjual produknya. Dia sasar teman-teman baiknya di dunia nyata dan dunia semu. Dia hubungi satu per satu temannya via HP cerdas merk terkenal dengan spek sedang-sedang saja. Lalu, dia upload foto produknya secara berkesinambungan di Facebook dan Twitter. Benar saja. Untung dapat diraih, senyum merekah datang dari bibir kece istri saya.

15 Pack pesanan pertama

Teri Medan

Teri Kece produk buatan istri saya dipatok dengan harga Rp28.000-Rp30.000 isinya 200 gram. Diterakan harganya waktu memasarakan kepada semua calon pembeli. Satu, dua, tiga, empat, lima pembeli awal terjaring. Ada yang beli 3 pak, 2 pak, 1 pak, hingga akhirnya dihitung ada yang membeli 15 pak. Hebat 15 pak! Cemerlang pikir saya, kalau Rp 29.000 x 15 pak. Wah hasilnya mengalahkan penghasilan harian saya jika dihitung perhari. Saya pun ikut-ikutan posting itu produk Teri Kece ke akun media sosial saya. Maknyus ternyata, pemasaran melalui media sosial cukup apik hasilnya, terutama dari facebook. Ah Mark kamu cerdas sekali membuat Facebook ini, dunia maya ini menghasilkan untung yang nyata berupa-pundi-pundi rupiah.

Walhasil, istri saya pun semakin semangat mengeruk pundi-pundi rupiah. Biar tahu saja, untuk membuat Teri ukuran 200 gram berjumlah 15 pack saja itu bisa menghabiskan waktu seharian, apalagi alat produksi masih alakadarnya. Tapi seperti kata pepatah, usaha akan sukses jika mau bekerja keras.

Berkerja keras, agar Dunia Tak Keras Kepada Kehidupan

Apapun yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmahnya.  Saat kesulitan menerpa, janganlah bermuram durja. Saat anak mau disekolahkan tetapi tidak ada uang ya teruslah berusaha. Seperti yang istri saya lakukan. Ia tak mau murung begitu saja, apalagi sampai melempar piring ke muka saya karena penghasilan yang  belum mumpuni. Belum bisa membeli intan dan permata.

Semangat membuat hidup lebih semangat. Usaha memang membuat lelah, tetapi apapun yang kita lakukan dengan kerja keras ada hasilnya. Alhamdulillah paling tidak setiap minggu pembelinya minimal 15-25 pak. Usaha ini memasiki bulan kedua. Istri saya yakin angka penjualannya akan semakin meningkat dan hasilnya tentu saja cukup lumayan menambah penghasilan keluarga.

Kerja keras istri terbukti menghasilkan rupiah.  Kalau sudah begini, harus bersyukur. Karena dunia yang seakan gelap menjadi terang. Dunia yang seperti keras menempa kehidupan menjadi ringan dipikul. Ya intinya berkerja keras,  agar dunia tak keras menghantam kehidupan kita. Semoga saja, semesta terus mendukung usaha istri saya ini. Amiiin.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun