Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca di Taman Alun-alun Cianjur

4 Februari 2016   02:41 Diperbarui: 4 Februari 2016   02:57 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber : Facebook RumahBaca AsmaNadia Ciranjang"][/caption]Hallo temen-teman semua.. Jangan pade lupa yech... Besok hari minggu, 17 Januari 2016. kita aksi lagi, buka "Lapak Baca" di Taman Masjid Agung Cianjur mulai pukul 07.00 s/d 11.00 wib.

Begitulah ajakan Kang Jejen di wall facebook Rumah Baca AsmaNadia Ciranjang, media sosial yang dibuatnya sebagai sarana informasi mengenai kegiatan rumah baca yang ia rintis sejak 5 tahun yang lalu.

Mengetahui informasi tersebut, Saya pun mengajak istri dan anak saya ke Taman Alun-Alun Mesjid Agung Cianjur pada hari itu, kebetulan tempatnya tak jauh dari rumah saya, hanya sekitar 3 km saja. Sekalian jalan pagi sama si kecil dan memulai hari bersama istri, saya pun menyinggahi lapak baca Kang Jejen dan kawan-kawan.

[caption caption="Sumber : Facebook RumahBaca AsmaNadia Ciranjang"]

[/caption]

Betul saja, mereka sudah menyiapkan alas untuk sekitar 200 buku. Buku-buku itu diletakkan seperti di pameran buku, dijajarkan satu per satu agar semua orang dapat melihat judul per judulnya. Buku-buku itu laris manis diserbu pengunjung, terutama anak-anak usia SD dan SMP. Ya banyak buku terkait dunia anak dan bacaan sekolah. Termasuk anak saya, ia ambil buku bergambar Dinosaurus dan dipelototinya gambar Tyrex sang pemangsa dan pemakan daging itu.

Kegiatan lapak baca ini dilakukan hampir setiap hari minggu. Kata Kang Jejen, “daripada anak-anak cuma berlari-larian, kan ada baiknya diselingi membaca buku. Apalagi di taman, suasananya rindang dan udara pagi masih begitu segar.” Apa yang dipikirkan kang Jejen tampak jelas terbukti, anak-anak memang senang membolak-balik halaman demi halaman buku-buku tersebut.

[caption caption="Sumber : Facebook RumahBaca AsmaNadia Ciranjang"]

[/caption]

Selain membawa buku, Kang Jejen rupanya membawa ‘sepaket ilmu lainnya’ dari teman-teman setimnya; ada Kang Ari Supriyatno yang jago mendongeng‬ dan Teh Asri yang ahli bermain ‘‪‎games’ membuat suasana menjadi ruang gembira, serta‬ Kang Yasir atau teh Layla ‪yang mengajar menulis kepada anak-anak. ‬

Disela-sela kegiatan hari munggu itu, Kang jejen bercerita, “Awalnya saya hanya ada puluhan buku, saya kumpulkan sendiri. Saya ingin membuat taman baca untuk tetangga sekitar rumah saya. Karena akses terhadap bahan bacaan tergolong rendah.” Tanpa pikir panjang, ia laksanakan niatnya hingga saat ini, dari puluhan buku menjadi memiliki ribuan buku di rumah baca yang terletak di Kampung Sukamaju, RT 03, RW 02, Desa Cibiuk, Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Dari awalnya mengumpulkan bahan bacaan saja, hingga akhirnya memiliki berbagai kegiatan di taman bacanya. Kegiatannya itu antara lain:

Hiking Super Beda
Kegiatan ini dilakukan dengan mensosialisikan/ mengenalkan rumah baca Asmanadia ke seluruh warga Ciranjang. Mereka berkeliling dari kampung ke kampung mengkampanyekan budaya baca dengan membawa buku-buku dari rumah baca.

Rumah Belajar
Rumah belajar membuat program pendampingan bagi warga yang jumlahnya sekitar 80 orang. Kegiatannya berupa membaca, menulis, berhitung, dan mengaji. Adapun pelajaran lainnya yaitu hafalan do’a-do’a harian, surat-surat pendek, praktek shalat, dan kesenian/ keterampilan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Senin sampai Sabtu dari pukul 15.00 sampai 17.00 WIB. Kegiatan ini tidak dipungut biaya alias gratis.

Bengkel Bahasa Inggris
Kegiatan tersebut dibimbing oleh relawan yang berlatar belakang guru bahasa Inggris. Layaknya bengkel, kegiatan Bengkel Bahasa Inggris untuk memperbaiki kesasalahan-kesalahan dan meningkatkan kemampuan anak-anak dalam berbahasa Inggris.

Program Komputer
Awal dibukanya program komputer bermodalkan satu netbook milik relawan. Seiring waktu siswa terus bertambah sementara alat cuma hanya ada satu, tak disangka tiba-tiba tim dari Tupperware datang memberikan bantuan beberapa komputer. Padahal, Kang Jejen dan kawan-kawan tidak pernah mengajukan proposal. Bantuan diberikan secara mendadak.

Garasi Sastra
“Rasanya kurang afdo[caption caption="Sumber : Facebook RumahBaca AsmaNadia Ciranjang"][/caption]l jika hanya menebarkan budaya baca saja, maka kami mengadakan garasi sastra. Tempat bimbingan belajar menulis yang digawangi oleh teman-teman Forum Lingkar Pena Cianjur.” Menurutnya, kegiatan membaca dan menulis itu bagaikan dua sisi pada mata uang logam, maka tak bisa dipisahkan. Membaca saja tidak cukup, maka harus dituangkan melalui tulisan. Garasi sastra tidak hanya mengajarkan menulis, melainkan belajar membacakan puisi, bernyanyi, bermain peran, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan asyik lainnya.

Tips Membuat Taman Bacaan dari Kang Jejen

Saat itu, saya juga sempat menanyakan bagaimana cara membuat taman bacaan yang terus bisa aktif hingga sekarang. “Kalau akang mau buat taman baca, ada baiknya kumpulkan buku secara perlahan dan berkerjasama dengan taman bacaan yang sudah ada. Bisa saja dilakukan sendiri. Tetapi kegiatan bisa lebih ringan jika mau bekerjasama dan belajar dari taman bacaan yang telah melakukan kegiatan lebih dulu.” Seperti kegiatan yang dilakukannya, taman bacaannya tak mati, karena berkerjasama dan berbagi pengalaman dengan taman bacaan lainnya.

Untuk pengumpulan buku bisa dilakukan dengan meminta kepada donor-donor dan juga bisa menggunakan media sosial seperti yang dia praktikkan hingga saat ini. Seiring waktu jika taman bacaan terus melakukan kegiatan, pasti bakal ada saja derwaman yang memberikan buku secara cuma-cuma. Buku yang tadinya hanya puluhan, bisa menjadi ribuan dalam lima tahun perjalanan taman bacaan yang dikelolanya.

Masalah pengeloaan, ia menyarankan taman bacaan agar dikelola oleh warga setempat yang memiliki kemauan mengembangkan kegiatan. Jadi taman bacaan hidup tak seumur jagung. Baru dibuat, sebulan kemudian tutup, karena ketidakmampuan dalam pengelolaan. Selain itu, jika mau mengembangkan taman bacaan sebaiknya fokus di daerah tertentu. Misalnya awalnya didirikan di kampung tempat tinggal Kang Jejen. Ada baiknya jika mau dikembangkan, fokus di wilayah satu kecamatan atau kabupaten yang sama. Sehingga lebih mudah mengkoordinir semua kegiatan taman baca tersebut.

Hingga saat ini, tahun kelima melakukan kegiatan, Kang Jejen terus mengembangkan taman bacaan ke berbagai desa dan kecamatan di Cianjur. Ia ingin anak-anak mudah dalam mengakses buku sebagai jendela pengetahuan dan memiliki sarana belajar lainnya, seperti komputer dan alat praktik belajar lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun