Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kantongku, Tong Sampahku (True Story)

19 Desember 2014   03:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:00 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_360288" align="aligncenter" width="538" caption="https://www.facebook.com/groups/CianjurOptismisBisa/"][/caption]

Sewaktu saya di depan toko melepas kepenatan, saya mendengar pembicaraan antara ibu dan seorang anaknya yg lewat di depan saya, “Ma, ini buang dimana?” tanya anaknya sembari menunjukkan bungkus permen. Sesaat sang ibu melihat ke sekitar lalu bilang “buang disitu aja, nak” menunjuk ke arah selokan yang berada di sisi trotoar jalan. Si anak pun menurut, ia pun membuang sampah kecil itu ke selokan dan berlalu begitu saja seperti tidak ada yang terjadi. Miris.

Bungkus permen itu mungkin hanya dianggap secuil dari sampah-sampah lain yang menumpuk di sembarang tempat. Tapi dari secuil sampah itu sebuah pelajaran buruk telah diajarkan orang tua kepada anaknya tentang bagaimana melakukan sesuatu yang tidak benar, pada sesuatu yang dianggap sepele, yaitu membuang sampah tidak pada tempatnya.

Tapi mungkin sang ibu bisa berkilah, saat itu ia tak menemukan tong sampah didekatnya, kalaupun ada lokasinya jauh dan jika harus ke tempat sampah hanya sekedar untuk membuang bungkus permen, mungkin dianggap sebagai perbuatan yang sia-sia, toh kebanyakan orang juga melakukan hal yang sama, buang sampah sembarangan.

Padahal, dari hal kecil ini persoalan besar muncul, kita mungkin tidak sadar, meremehkan persoalan sampah kecil ini secara terus menerus akan membentuk perilaku yang tidak sehat dan menular. Jika seribu orang melakukan hal yang serupa, bisa dibayangkan sampah yang tadinya dianggap kecil terakumulasi menjadi besar dan akhirnya menyebabkan bencana bencana banjir.

Lalu apa solusinya? Saya berfikir, membentuk perilaku sehat bisa dimulai dari langkah kecil, sesuatu yang sedarhana. Tak perlu mencari alasan pembenaran membuang sampah sembarangan karena ketiadaan tong sampah karena tong sampah itu selalu kita sertakan dalam kehidupan , ia berupa kantong baju dan saku celana kita.

Mungkin terkesan aneh, bagaimana mungkin kantong dan saku bisa membentuk perilaku seseorang. Kita sering abai pada persoalan kecil termasuk peran kantong dan saku, padahal Kedua media itu adalah “tong sampah” sementara yang efektif sampai menemukan tong sampah yang disediakan.

Sebagai contoh, andai saja si ibu mengetahui peran besar dari kantong dan saku, ia pasti akan mengatakan “nak, sampah ini tuk sementara kamu buang dulu di sakumu, sampai kita menemukan tempat sampah terdekat”. Dari sinilah pembentukan perilaku sehat bermula, pelajaran kecil yang penting tentang kebersihan sudah ditanamkan sejak dini dan kebiasaan baik itu akan membentuk kesadaran kebersihan yang hidup.

Jangan memarahi anak ketika menemukan banyak sampah di kantong atau saku celananya, bisa jadi dia sudah memulai sebuah kesadaran sehat tentang pentingnya kebersihan. Ia malu untuk membuang sampah sembarangan dan lebih memilih untuk membuang sampah tersebut di kantongnya. “tidak ada noda jika tidak belajar” begitu tagline sebuah iklan sabun cuci, dalam noda yang tersimpan dalam kantong dan saku ada pelajaran yang diperoleh untuk menghargai kebersihan lingkungan.

Kita kerap mendengar dan melihat slogan “buanglah sampah pada tempatnya” terpampang jelas di setiap tempat sampah yang tersedia, tapi ketika tidak menemukan tong sampah terdekat, buatlah slogan untuk diri sendiri “Kantongku, tong sampahku”. #‎YES

Penulis : Yudhi Erik Setiawan


Ada berbagai cara untuk mengajak cara untuk kita peduli akan kebersihan lingkungan kita. Salah satunya melalui tulisan ini. Ditulis Oleh Aktivis CIANJUR OPTIMIS BISA!!! dan diupload dengan seijin penulisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun