Mohon tunggu...
Galih Pamungkas
Galih Pamungkas Mohon Tunggu... -

Weare only want to share something with you

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Apa Pun demi Anak

18 Maret 2014   22:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin di mal saya dan istri mencari mesin cuci baju bayi. Saya kira kami memerlukannya agar antara pakaian kotor kami dan pakaian kotor buah hati kami tidak dicuci bersamaan. Kulitnya memang agak sensitif, dan mungkin saja ruam merah yang seringkali ada di sekujur tubuhnya berasal dari pakaian. Masalahnya pakaian saya dan istri bisa saja kotor sekali, terkena debu ketika bekerja atau di dalam perjalanan. Jika bekas pakaian itu kemudian dicuci dengan baju bayi, bisa saja malah jadi mengotori pakaian bayi kami. Karena itu kami sepakat untuk membeli mesin cuci khusus untuk pakaiannya saja.


Tadinya saya agak keberatan mengenai perihal harga. Masalahnya apakah kita benar-benar perlu memiliki dua mesin cuci? Mengapa tidak mencucinya bergantian saja? Istri saya kemudian menjawabnya bahwa kita memang memerlukannya. Pertama, karena jika bayi kita mendapatkan alergi yang berat dan harus sampai dirwata, tentunya biayanya tidak lebih sedikit ketimbang membeli mesin cuci baju sekarang. Kedua, mengapa dua karena jika satu tidak ada waktu bagi kami untuk mencucinya. Waktu yang kami miliki untuk mencuci hanyalah di pagi hari sebelum bekerja. Dan menurutnya tidak mungkin jika kami harus menunggu salah satu pakaian dicuci kemudian bergantian. Satu-satunya solusi adalah memiliki dua mesin cuci.


Baiklah, saya bilang. Pada prinsipnya bagi saya adalah yang terbaik bagi buah hati kami, sekalipun itu berarti harus memiliki mesin cuci baju bayi. Sepulang dari mal saya menurunkan mesin cuci tersebut, dan mudah-mudahan saja besok-besok bayi kami tidak akan menderita lagi karena alergi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun