Mohon tunggu...
Galih Pamungkas
Galih Pamungkas Mohon Tunggu... -

Weare only want to share something with you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu-Ibu Arisan

8 Mei 2014   21:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Ibu Wardi mengeluarkan minuman es melon lengkeng setiap undangan arisan seketika itu juga menanyakan resep minuman tersebut. Ibu Wardi tersenyum dan menyatakan agar ibu-ibu untuk sabar, karena dia pasti akan memberitahukannya. Ibu Wardi memang selalu jadi bahan obrolan ibu-ibu lain di komplek. Namun bukan karena kelakuannya yang mengesalkan melainkan bisa dibilang Ibu Wardi adalah tipikal ibu rumah tangga yang ideal. Masih muda, berpenampilan menarik jagoan di dapur, dan katanya jago juga di ranjang.


Memang terkadang obrolan ibu-ibu suka melantur kemana-kemari, seringkali hal yang tidak penting pun diobrolkan padahal itu adalah masalah pribadi. Salah seorang tamu undangan ada yang berseru jika es melon lengkengnya masih banyak bolehkah dia membawanya ke rumah. Ibu Wardi kemudian dengan tenang berkata bahwa dia sudah menyiapkan minuman agak banyak, dan jika semua memang ingin membawanya pulang maka tentu saja dia mempersilahkan.


Setiap kali ada arisan di rumah Ibu Wardi pasti semua ibu-ibu datang. Karena mereka ingin tahu ada sajian apalagi di rumahnya. Selain itu Ibu Wardi juga tidak pernah pelit, jumlah makanan yang dipersiapkannya pasti berlebih sehingga bisa dibawa pulang. Tapi Ibu Wardi tidak pernah mengeluh, dia tidak pernah balik mengobrolkan kelakuan ibu-ibu itu dengan siapapun. Sebelum pulang Ibu Wardi memberikan minuman yang telah dibungkus ke dalam gelas plastik beserta secarik kertas. Ibu-ibu bertanya apa isi kertas itu, sambil malu-malu Ibu Wardi bilang disecarik kertas itu ada resep minuman yang diminta oleh mereka. Padahal mereka sendiri sudah tidak lagi mengingatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun