Di kalangan pengaji deling (bambu unik) di Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) disebutkan bahwa bambu unik sebagai kitab tanpo waton ora tinulis ning iso diwoco, kitab tak tertulis tapi bisa dibaca sebagai sebagai semiotika bahasa tanda atau bahasa tanda alam.
Makanya terus terang kala saya melihat foto cawapres No.02 Sandiaga Uno pegang pring dampit dari pemberian emak-emak di alun-alun kota Demak, Jawa Tengah, Kamis, (31/1/2019), gimana gitu lho. Maksudnya adakah ini semua sebagai bahasa tanda kitab tanpa waton ora tinulis ning iso diwoco.
Untuk itu, sebagai pengaji deling, di sini saya mencoba membaca bahasa tanda dan mengungkap makna pakem apa dan siapa pring dampit sebagaimana yang ada di KPBUN.
Selain memiliki cita rasa artistik, keunikan bambu unik pring dampit ini dianggap sebagai simbolisasi keharmonisan pasangan dwi tunggal, satu dalam dua, dua dalam satu.
Setidaknya itulah representasi simbolisasi atau filosofis yang menyertai apa dan siapa di balik bahasa tanda yang tersurat dan tersirat dari bambu unik dampit dwitunggal, satu dalam dua, dua dalam satu.
Dan menyatunya dwitunggal pring dampit ini bisa diperuntukkan bagi lambang atau simbol harmonisasi pasangan suami-istri dalam rumah tangga, atau hal lain yang sifatnya saling berpasangan satu sama lain.Â
Bisa pula representasi bambu dampit ini sebagai simbolisasi dwitunggal antara pemimpin dan wakilnya, seperti antara presiden dan wakil presidennya.
Dalam khasanah pengaji deling (bambu unik) Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) diyakini bahwa bambu unik yang terbentuk secara alami ini selain memiliki cita rasa artistik sebagai karya seni alami, juga ada meyakini memiliki tuah atau energi bawaan alami.
Soal keyakinan kebenaran benar tidak bahwa bambu unik ini diyakini memiliki tuah atau energi bawaan alami semua itu kembali pada keyakinan spiritual masing-masing.
Dalam khasanah pengaji deling KPBUN, dari secara fisiknya, pring dampit inipun dilambangkan sebagai simbol keharmonisan menyatunya dua batang bambu dalam satu batang utama.