Di sini Socrates sadar bahwa peradilan yang didakwakan atas dirinya hanyalah kedok politis untuk menyingkirkan dirinya.
Memang, pastinya kita tidak bisa menyandingkan dan membandingkan atas pemeriksaan Rocky Gerung ini dengan peradilan Socrates yang terjadi 339 SM.
Tapi mungkin ada kutipan yang bisa dikutip di sini, yaitu adanya yang tidak tahan mendengar pendapatnya yang tidak populer di mata kaum "power point".
Dan di sini "Socrates Indonesia" sadar bahwa laporan atas dirinya prihal "kitab suci itu fiksi" hanyalah kedok politis yang dipakai oleh kaum "power point" untuk menyingkirkan dirinya.
Apa jadinya di alam demokrasi kebebasan berpendapat manakala kemudian gagasan, ide-ide atau pemikiran bukannya dihadapi dengan tandingan dialog argumentatif secara logika akal sehat, tapi dijawab dengan kriminalisasi.
Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Independen "#SelamatkanIndonesia"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H