Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Etika Jurnalis di Pilpres 2019

11 Januari 2019   21:40 Diperbarui: 11 Januari 2019   22:16 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang jurnalis atau orang yang pernah menggeluti dunia jurnalistik pastinya paham betul apa itu kaidah atau etika jurnalistik. Meski kita sudah tidak lagi bekerja lagi perusahaan media cetak atau online -- atau saat ini posisi kita tak lebih sebagai citizen jurnalis -- setidaknya moralitas jurnalis tetap bersemayam dalam diri kita yang mengaku diri sebagai jurnalis.

Termasuk ketika kita menceburkan diri dalam euforia hura-hura Pilpres 2019, dengan kepiawaian menulis ajang hura- hura tersebut, kita tetap harus mengedepankan moralitas jurnalistik dalam menulis.

Siapapun itu pilihan politik kita, #01 atau #02. Ketika kita sudah menjatuhan pilihan politik adalah sebuah kewajaran bila kemudian kita memuji dan menyanjung setinggi langit calon presiden (capres) yang kita dukung, yang kita junjung dengan cara membeberkan segala kehebatannya, prestasinya, dan segala hal yang baik-baiknya.  

Kalau perlu kita sanjung dengan segala puja-puji capres yang kita dukung itu sampai kejang-kejang dan muntah-muntah.

Tapi bukan berarti kemudian kita menyandingkannya -- capres yang didukung -- disandingkan karangan tulisan kejelekkan atau menjelek-jelekkan capres rival politiknya, apalagi sampai tulisan tersebut mengarah kepada kebencian, bahkan menjurus ke arah fitnah.

Jelas itu tidak fair. Pola gaya tulisan seperti ini tak bedanya hoax atau hate speech.

Terkadang kita naif, tidak jujur, dan juga tidak objektif. Kita dengan begitu gampangnya menjelek-jelekan, mencari kesalahan orang lain, sementara kebaikan atau prestasinya tak seujung kuku pun dipujikan.

Celakanya gaya penulisan ini malah terjadi banyak ditemui pada diri seorang jurnalis yang menceburkan diri di euforia hura-hura Pilpres 2019.

Seagai seorang jurnalis atau siapa pun yang pernah menggeluti dunia jurnalistik, pastinya paham apa itu kaidah atau kode etik jurnalistik, sehingga seharusnya ia juga harus balancing dan proposional dalam menulis beritanya atau paparan ceritanya.

Atau, kalau pilihan politik kita sudah jatuh hati pada #01 atau #02, ya monggo kerso, silahkan puja-puji setinggi bintang di langit dan junjung sampai sengkle, capres yang kita dukung. Itu lebih fair.

Bukan dengan yang satu dipuja-puji kehebatannya, prestasinya dan segala hal yang baik-baiknya, sementara yang satunya dijelek-jelekkan dan tak secuil pun kebaikannya dipujikan. Gaya tulisan seperti ini sebenarnya tak ubahnya hoax atau hate speech.

Ingat rakyat sudah makin dewasa tentukan sikap dan makin cerdas dalam membaca. Jangan malah pembaca dibuat muak olehnya, oleh gaya tulisan yang membabi-buta itu.

Marilah sebagai jurnalis atau orang yang pernah atau masih menggeluti dunia jurnalistik dalam menulis tetap mengedepankan moralitas jurnalisme. Semoga...!!!

Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Independen "#SelamatkanIndonesia"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun