Kalau kita baca dari referensi yang ada, intisari cerita lakon "Petruk Dadi Ratu" menyiratkan sebuah pesan di mana ketika sebuah negeri diserahkan dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya.
Disebutkan, Petruk yang tidak memiliki watak dan dasar kepemimpinan yang baik, entah karena mengaku mendapat wangsit dari dewa atau lantaran dicitrakan oleh pencitraan, akhirnya Petruk yang sejatinya seorang punakawan dinobatkan menjadi raja.
Dikisahkan, dibawah kepemimpinan Petruk bukannya kehidupan rakyat menjadi lebih baik, makmur dan makin sejahtera, justru sebaliknya.
Dan di sub judul buku "Petruk Dadi Ratu" disebutkan bahwa sosok kepemimpinan Petruk sebagai "Polah-tingkah Penguasa yang Tidak Mampu". Â
Sebagai "Ratu" (baca: pemimpin atau penguasa), kepemimpinan "Petruk Dadi Ratu" itupun berjalan dan bertahan hanya dalam satu putaran, yang di bait akhir lirik lagu ditandai dengan datangnya Bagong menyeret Petruk; Ukume kuasa / Wekasan si Bagong teka / Si Petruk digeret / Bali dadi menungso / Jreng jreng jreng jreng...!!!
Itulah sepenggal kisah "Petruk Dadi Ratu" dari cerita yang ada!
Misteri Ratu AdilÂ
Dalam pemahaman masyarakat tradisionil persepsi tentang "Ratu Adil" sering digambarkan sebagai sosok pemimpin pencerah dan penyelamat yang mampu membawa kedamaian, kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, mengayomi dan mententeramkan sebagaimana menjadi tumpuhan harapan rakyat.Â
Impian dan harapan akan datangnya pemimpin "Ratu Adil" itu sendiri mengacu pada ramalan Raja Kediri -- Prabu Jayabaya (1135 -- 1157).
Meski saat ini sudah zaman now, zaman internet dan serba digitalisasi, namum masih banyak di antara masyarakat kita meyakini keberadaan misteri mitos kepemimpinan "Ratu Adil". Â
Misteri mitos "Ratu Adil" ini senantiasa bergulir menjadi perbincangan saat jelang pemilihan presiden. Sudah tentu interpretatif "Ratu Adil" yang lahir dari budaya kontemplasi spiritual nenek moyang ini ditafsirkan secara plastis dalam konteks zaman, zaman now.