Di sini saya tidak ingin mengomentari anomali akrobatika politik pencak silat lidah yang dimainkan kedua kubu yang berkontestasi di Pilpres 2019, yang memang semakin nggak jelas juntrungannya.
Dari apa yang kita saksikan, adakah dari ciri-ciri semua itu menunjukkan bahwa panggung politik kita sedang memasuki "Zaman Edan" sebagaimana disebutkan ramalan Raja Kediri -- Prabu Jayabaya (1135 -- 1157).Â
Justru yang jadi pertanyaan sekarang, di tengah realita politik yang kita saksikan hari ini, akankah Pilpres 2019 melahirkan kepemimpinan pemimpin "Ratu Adil" sebagaimana merujuk ramalan Prabu Jayabaya?
Dalam pemahaman masyarakat tradisionil persepsi tentang "Ratu Adil" sering digambarkan sebagai sosok pemimpin pencerah dan penyelamat yang mampu membawa kedamaian, kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, mengayomi dan mententeramkan sebagaimana menjadi tumpuhan harapan rakyat. Â
Impian dan harapan akan datangnya pemimpin "Ratu Adil" itu sendiri mengacu pada ramalan Prabu Jayabaya.
Meski saat ini sudah zaman internet dan serba digitalisasi, namum begitu masih banyak di antara masyarakat kita meyakini keberadaan cerita mitos kepemimpinan "Ratu Adil". Â
Adapun kemunculan cerita mitos 'Ratu Adil' ini senantiasa bergulir jelang pemilihan presiden. Â Sudah tentu interpretatif istilah 'Ratu Adil' yag lahir dari produk budaya tradisionil ini ditafsirkan secara plastis dalam konteks zaman, zaman now.
Dalam ramalan Jayabaya disebutkan bahwa 'Ratu Adil' ini adalah sosok pemimpin yang ditopang atau merangkum tritunggal karakter kepemimpinan;
Pertama, berkarakter Satria Bayangkara yaitu sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan dengan bersikap tegas, adil, mengayomi rakyatnya, juga berjiwa pemaaf terhadap lawan-lawan politiknya dengan spirit tepo seliro dan mikul dhuwur mendhem jero.
Kedua, berkarakter Satria Panandita adalah sosok pemimpin yang tidak korup, menjunjung nilai-nilai etika dan moralitas, religius, amanah dalam mengemban tugas demi kesejahteraan rakyat.
Ketiga, berkarakter Satria Raja adalah sosok pemimpin berjiwa negarawan yang mengabdi demi rakyat, bukan menjadi abdi negara demi kekuasaan yang korup.
Di tengah kegalauan terjadinya krisis multidimensional adalah sebuah kewajaran bila kemudian rakyat bermimpi mendambakan datangnya seorang pemimpin pembawa harapan transformasi perubahan bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik, yang lebih mendamaikan, mententramkan, mengayomi, dan mensejahterakan.
Tapi sebagaimana dirasakan saat ini, hanya anomali akrobatika politik pecak silat lidah yang dipertontonkan, yang kita saksikan, penuh pembodohan, kepalsuan dan kemunafikan.
Setidaknya dari tontonan akrobatika politik yang dipertontonkan kedua kubu, adakah Pilpres Pilpres 2019 akan melahirkan sosok kepemimpinan pemimpin berkarakter dan berjiwa; Satria Bayangkara -- Satria Panandita -- Satria Raja, sebagaimana yang dijabarkan Prabu Jayabaya yaitu "Ratu Adil". Semoga!
Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Independen "#SelamatkanIndonesia", seniman bambu unik, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) dan Galeri Bambu Unik KPBUN.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H