Di sini saya tidak ingin mengomentari Gerakan Selamatkan Indonesia yang digadang-gadang oleh Ratna Sarumpaet.
Di sini saya juga tidak ingin mengomentari penolakan sejumlah elemen masyarakat yang menolak kehadiran Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung sebagai pembicara dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) -- Sumatera Selatan, di Hotel D Zuri Transmart -- Palembang (31/8).
Di sini saya hanya menjawab pertanyaan seorang teman yang juga seorang jurnalis prihal antara Gerakan Selamatkan Indonesia yang digadang-gadang Ratna Sarumpaet dengan gerakan moral #SelamatkanIndonesia yang digalang dan dikibarkan oleh sejumlah musisi dan jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Pewarta Independen (API).
Pasti di sini saya tidak tahu dan tidak bisa menjawab apa visi atau misi Gerakan Selamatkan Indonesia yang digadang-gadang oleh Ratna Sarumpaet. Silahkan tanya pada rumput yang bergoyang!
Atas pertanyaan teman yang juga seorang jurnalis, saya katakan bahwa #SelamatkanIndonesia yang digagas oleh API merupakan gerakan moral bersifat independen yang menentang politisasi #PolitikSARA. Â
Saya katakan, kita bukan anti #Salam2Periode, kita bukan anti #2019GantiPresiden, tapi di sini kita menentang penggunaan politisasi #PolitikSARA, berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) di ajang kontestasi gelaran Pemilu 2019, baik di pemilihan presiden (Pilpres) maupun pemilihan legislatif (Pileg).Â
Bagaimana kita saksikan dan rasakan, saat ini perang narasi, hastag, lagu, dan perang semiotika lain antar kubu dari masing-masing pendukung capres - cawapres yang dijagokan telah terjadi.
Beranjak dari keprihatinan tersebut, kita yang waktu itu Ote Abadi, Alex Palit, Antoes Budi dan Agus Asianto, antara musisi dan jurnalis menyatu dalam Aliansi Pewarta Independen (API) menggagas gerakan moral #SelamatkanIndonesia menentang segala bentuk hoax, hate speech, dan penggunaan politik SARA demi kepentingan politik pragmatis Pilpres 2019.
Karena kita anggap penggunaaan politisasi #PolitikSARA ini bukan saja bisa memicu terjadinya polarisasi dalam kehidupan sosial, juga dapat menimbulkan gesekan konflik horizontal.