Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Paradoks Indonesia", Buku untuk Sahabat

7 Desember 2017   05:37 Diperbarui: 7 Desember 2017   05:52 2970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemarin (6/12), ketika buka fesbuk di wall saya ada kiriman postingan dari seorang teman gambar halaman buku "Paradoks Indonesia" -- Prabowo Subianto, bertulisan; Untuk Bung Alex Palit", disertai bubuhan tanda tangan Prabowo, 6 Desember 2017.

Saya tidak tahu di mana, jam berapa, dan dalam rangka acara apa Prabowo Subianto memberikan buku untuk saya. Karena semua itu saya ketahui dari postingan fesbuk di wall saya kiriman seorang teman.

Tapi saya yakin seyakin-yakinnya bahwa itu adalah asli tanda tangan Prabowo Subianto. Karena sebelumnya saat Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum Partai Gerindra ini meluncurkan buku "Surat Untuk Sahabat" (2013), saya juga diberi buku tersebut juga ada tanda tangannya, 100% mirip. Malah disertai coretan; Untuk Bung Alex Palit terima kasih atas dukungan Anda dalam membela dan menjunjung tinggi bangsa kita."

Saya tidak tahu saat ini "buku untuk sahabat" pemberian Ketum Partai Gerindra ada ditangan siapa. Mudah-mudahan "Paradoks Indonesia" ini akan segera sampai di tangan. Sehingga saya bisa membacanya, siapa tahu ada yang bisa dikomentari dan dijadikan bahan tulisan.

Sehubungan belum baca isi bukunya, jadi saya tidak bisa mengomentarinya. Tapi di sini saya hanya akan sepatah dua kata mengomentari dari judulnya saja; Paradoks Indonesia -- Negara Kaya, Tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin.

Dari judul tersebut, di sini saya tidak ingin a priori bahwa judul tersebut ditudingkan kepada pemerintahan Presiden Jokowi yang kini sedang berkuasa. Atau ini kegagalan elit pemimpin negeri ini sebelumnya dan sebelumnya.

Di sini saya tidak ingin menyandingkan, membandingkan, menandingkan, atau menuding judul paradoks Indonesia negara kaya tatapi masih banyak rakyat hidup miskin adalah kesalahan atau kegagalan presiden A, B, C, D, E, F atau G, tapi kesalahan itu juga adalah kesalahan kita bersama yang salah memilih elit pemimpin.

Pastinya siapa pun pemimpinnya yang dipilih dan terpilih, dambaan rakyat mengharapkan pemimpin tersebut mampu memakmurkan rakyat dalah kehidupan sejahtera, serta memberi rasa nyaman dan tenteram rakyat dalam dalam menjalani setiap aktivitas kehidupannya. Sehingga tidak ada lagi cerita "Paradoks Indonesia -- Negera Kaya, Tetapi Masih Rakyat Hidup Miskin", dan berganti menjadi Indonesia jaya, makmur, sejahtera, aman, tenteram, damai, dan bermartabat sebagai sebuah bangsa di mata negara-negara di dunia.

Tahun 2019, kita akan kembali menggelar pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres). Pastinya makin tahun tingkat pendewasaan rakyat dalam berpolitik atau berpartisipasi dan berdemokrasi makin dewasa dalam memilah dan memilih elit calon pemimpinya sebagai presiden Indonesia di Pilpres 2019.

Di sini saya tidak ingin a priori. Siapa pun nantinya terpilih sebagai presiden Indonesia di Polpres 2019, diharapkan mampu menghapus atau menghilangkan judul cerita "paradoks Indonesia -- negara kaya, tetapi masih banyak rakyat hidup miskin", berganti dan digantikan dengan judul Indonesia gemah ripah loh jinawi, rakyatnya makmur, sejahtera, aman, tenteram, damai, dan bermartabat sebagai sebuah bangsa di mata negara-negara di dunia. Semoga!

Alex Palit, citizen jurnalis, admin Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), penulis buku "God Bless and You: Rock Humanisme" penerbit Elex Media Komputindo (2017).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun