Setiap tanggal 10 November, kita bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Di mana pada tanggal ini kita untuk diingat bagaimana kisah heroik para pahlawan berjuang dengan segala pengorbanannya jiwa raga memerdekaan Indonesia dari belenggu penjaja.
Dalam realitas kehidupan hari ini, benarkah perjuangan dan pengorbanan jiwa raga para pahlawan itu kini terbuang percuma? Untuk menjawab itu, di sini saya sengaja copy paste tulisan saya di buku "God Bless and You: Rock Humanisme" (hal. 64).
Sebagai grup band beraliran rock, God Bless mencoba memaknai filosofi rock dari kacamata dan bahasa musisi. Meskipun pendefinisian istilah rock itu sendiri beragam, tetapi setidaknya God Bless memahami dan mengekspresikan filosofi atau spirit rock ini dalam bahasa musik (lagu) sebagai penjelmaan atas dasar pengalaman subyektifnya.Â
Dalam perspektif budaya, spirit rock itu sendiri pada intinya terlahir sebagai bentuk perlawanan terhadap antikemapanan. Bahkan spirit rock bisa menjangkau lebih jauh lagi yaitu sebagai bentuk perlawanan atau protes sosial terhadap situasi politik sebagaimana dapat disimak pada cuplikan lirik lagu Setan Tertawa, album God Bless (1975);
Pahlawan berkata dengan air mata
Perjuanganku terbuang percuma
Keserakahan kini merajalela
Segala derita dimana-mana Â
Spirit rock yang terlahir sebagai bentuk protes budaya terhadap antikemapanan, maupun hegemoni generasi tua yang dianggap sudah melakukan pengingkaran, penyelewengan, terhadap nilai-nilai luhur generasi '45 dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, juga tidak luput dari perhatian God Bless seperti tersirat di lagu "Setan Tertawa",ciptaan Donny Fattah dan Achmad Albar.
"Ketika God Bless merilis album perdana yang juga bertitel God Bless (1975), kala itu usia kita masih 20 tahunan. Belum kepala tiga," cerita Donny Fattah. "Sebagai generasi muda yang sedang tumbuh dalam pencarian identitas diri, kita dihadapkan kegamangan ketika melihat para pemimpin yang kala itu tidak lagi mencerminkan semangat '45," kata pembetot bas grup rock legendaris God Bless.
Mereka berpesta pora, sementara di mana-mana rakyat masih menderita. Lagu ini pada intinya bercerita tentang kesenjangan antara generasi muda dan generasi tua. Akhirnya kita tulis saja liriknya, Â wahai tuan yang berwajah bijaksana ajari kami untuk berkarya, lanjut Donny Fattah.Â
Pemain bas God Bless ini pun tidak menampik bahwa lagu Setan Tertawa masih relevan dengan situasi saat ini. "Lihat saja, bukan keserakahan saja merajalela, harga diri pun dibuang asalkan mendapatkan harta," papar Donny Fattah, sambil memberi gambaran tentang banyak para pemimpin yang harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Bagaimana kini kita pun dipertontonkan ketiadanya ketauladanan para pemimpin atau elit politik sebagaimana cita-cita dan harapan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raganya demi memerdekaan Indonesia, kini cita-cita perjuangannya terlupakan dan terbuang percuma.
Dan lagu "Setan Tertawa" ini sendiri tak lain adalah bentuk kritisi atau kritik sosial atas realitas sosial hari ini yang sudah menjauh dari cita-cita luhur dan harapan para pahlawan. Sementara yang kita saksikan hari ini keserakahan merajalela dan segala derita dimana-mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H