Dalam wacana seni realisme, keindahan bunyi pada bahasa musik tidak sekadar bermakna ungkapan simbolik, tetapi juga merepresentasikan sebuah narasi atas realitas sosial yang biasanya selalu dikaitkan dengan pokok-pokok persoalan humanisme (kemanusiaan).
Musik sebagai media komunikasi tidak ada bedanya dengan bahasa, yaitu suatu artikulasi bunyi yang bermakna lebih dari sekadar instrumentasi bunyi yang di dalamnya dapat mengungkapkan pesan-pesan, gagasan-gagasan, atau bahkan berupa pernyataan sikap yang di dalamnya dapat bersifat kemanusiaan, sosial, politik, dan budaya.
Untuk memahami sebuah karya musik secara total memang diperlukan sebuah wacana apresiatif, karena musik itu sendiri merupakan sebuah ungkapan ekspresi dari perasaan atau pikiran seniman yang di dalamnya mengandung nilai estetika, spiritual, etika, moralitas, atas penggambaran sendi-sendi bangunan realitas sosial atau nilai-nilai sosial yang hidup di tengah masyarakat.
Melalui ungkapan simbolisasi lirik, syair atau bait-bait yang terkandung di dalam lagu -- atau bahkan nada-nada itu sendiri -- pencipta lagu mengutarakan ragam pesan yang pada akhirnya akan diterima, dinikmati, dipahami, dihayati, dan dimaknai oleh penikmat atau pendengarnya.
Guna mendapatkan pemahaman tentang apa itu musik (lagu) tidak cukup hanya dinikmati sebagai sekadar hiburan semata, sebab musik itu sendiri adalah bahasa ekspresi yang memang harus diterjemahkan.
Tinggal bagaimana mengintegrasikan musik sebagai sebuah karya seni dalam kegiatan besar manusia yang bernama kebudayaan dan bidang kehidupan lainnya.
Buku "God Bless and You: Rock Humanisme" ini menyajikan tinjauan filosofis keberpihakan bermusik grup band rock legendaris God Bless ini pada persoalan kemanusiaan sebagai bagian tak terpisahkan dari komitmen bermusik grup band rock yang sudah malang melintang lebih dari 40 tahun di jagad rock Indonesia yang hingga kini masih eksis.
Komitmen dan konsistensi mengangkat topik humanisme, mulai dari isu kemanusiaan pada umumnya sampai ke ragam kritik sosialnya menjadi tema sentral lagu-lagu God Bless di tiap album yang dirilisnya. Dan kalau kita cermati lagu-lagu yang disuarakan God Bless masih faktual dan kontekstual merepresentasikan realitas sosial yang sedang kita hadapi saat ini.
Alex Palit, pernah bekerja sebagai wartawan di Persda Kompas -- Gramedia, sekarang aktif sebagai citizen jurnalis di komunitas"Ngopi Dulu Biar Tidak Salah Paham", Â penulis buku "God Bless and You: Rock Humanisme".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H