Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yuk Kita Dengar Lagu "Anak Adam" God Bless

10 November 2016   00:51 Diperbarui: 10 November 2016   01:03 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kini pikiran yang menjunjung tinggi harkat kemanusiaan mengalami ujian, di mana nilai-nilai kemanusiaan telah terkoyak-koyak oleh ambisi dan kepentingan atas nama pribadi, kelompok, golongan dan ideologi. Hal ini yang kemudian memunculkan krisis humanisme seperti yang kita rasakan saat ini.

Tragedi kehidupan ini bukan saja terjadi dalam bidang sosial, politik, atau ekonomi, tetapi juga dalam sejarah kehidupan manusia beragama. Tragedi ini kemudian memunculkan krisis humanisme seperti yang kita rasakan saat ini.

Di sini potensi krisis menjadi parah karena tidak terjadi komunikasi setara dalam memaknai hidup bersama.

Bahkan kini pencitraan nilai kemanusiaan sudah menjadi tafsiran yang abu-abu. Tergantung siapa yang memberi tafsir. Bahkan makna indahnya kata ‘Cinta’ sebagai sebuah rahmat ditafsirkan dalam bentuk fanatisme yang radikal dengan penghalalan segala cara atas nama Tuhan-nya. 

Apapun dalilnya, meledaknya bom kekerasan, anarkisme, terorisme serta penggunaan bom bunuh diri atas nama simbol-simbol agama sekalipun berdasarkan keyakinan pembenaran ideologisnya yang berakibat menghilangkan nyawa korban adalah tindakan biadab, terkutuk, dan sesat.

Dan tidak ada satupun agama yang membenarkan itu. Agama sebagai rachmat dan pembawa damai dan cinta kasih tidak mengajarkan itu.

Sementara pada sisi pandang humanisme, apa yang dilakukan itu justru merupakan bentuk dehumanisasi pengkoyak-koyakan terhadap harkat martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. 

Pada konteks ini kini kita pun dihadapkan pada sebuah realitas terjadinya krisis humanisme seperti yang kita rasakan saat ini.

Lalu, akankah visi humanisme (kemanusiaan), manusia sebagai sahabat bagi sesamanya (homo homini socius) berbalik menjadi manusia menjadi srigala bagi sesamanya(homo homini lupus) yang siap menerkam siapa saja.

Benarkah kita saat ini sebagai Anak Adam sudah kehilangan fitrah kemanusiaan kita sebagai manusia berakal, berbudaya dan beradab hidup dalam ketidakmanusiawian yang kita ciptakan sendiri atas nama pembenaran diri sendiri dan ideologis yang dianutnya?

Kini kita pun sedang dihadapkan pada sebuah kegamangan; Ada apa denganmu?. Ini pula yang kemudian menjadikan potensi krisis dan konflik kemanusiaan atas nama agama itu terus menghantui. Salam Damai...!!!(Alex Palit)

Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, Pemimpin Redaksi Bambuunik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun