Aktivitas yang tinggi di Tunggul Wulung, per 27 April 2018 mencapai 7 flight dari Halim Perdanakusuma Jakarta dan 10 flight dari Cilacap setiap harinya.
"Ini sudah cukup memadai untuk bandara sekelas Tunggul Wulung," tandasnya.
Seperti data bulan April 2018 ada 221 kedatangan dan 179 berangkat. Sedangkan untuk bagasi tercatat 754 kg kedatangan dan 745 kg berangkat.
Untuk itu, kata Denny, Tunggul Wulung sedang menggarap terminal kargo dengan menerapkan boarding service exit atau BSE.
"Nantinya kita tidak hanya melayani penumpang, melainkan juga kargo sebagai antisipasi lonjakan permintaan angkutan barang via pesawat," ungkapnya.
Dia mencontohkan Bandara Sentani di Papua dimana bandara tersebut hidup dari kargo.
Tunggul Wulung saja sekarang sudah dilirik oleh pihak karantina hewan dan peternakan untuk bekerja sama untuk kepentingan kargo, khususnya hasil laut seperti lobster, seafood, dan makanan laut lainnya karena saat ini permintaan makanan hasil laut dari Jakarta cukup tinggi.
"Kita akan bermain di situ nantinya," beber dia.
Denny kembali mengatakan, untuk Trans Nusa daya angkut kargonya bisa mencapai satu ton sekali angkut.
"Saat ini di Tunggul Wulung saja kargonya mencapai 24 kg kedatangan dan 50 kg berangkat. Ini sangat potensial sekali," ucap mantan Kepala UPBU III Bandara Cirebon ini.(*)