Saya kemudian memberikan analogi bisnisnya dengan sebuah perumpamaan. Pak Udin punya toko buku dengan dua karyawan, pendapatan toko satu bulan hanya Rp6 juta. Bayar gaji karyawan dua orang Rp1.500.000. = Rp3 juta operasional Rp1 juta dan sisa Rp2 juta untuk pak udin.
Karena dinilai usaha toko bukunya jalan ditempat pak udin berpikir keras untuk menambah penghasilan toko. Akhirnya ia punya ide bagaimana kalau jemput bola kepada pelanggan dengan menawarkan langsung buku melalui dua karyawan tadi.
Pak Udin membuat konsep toko bukunya membuka peluang jadi mitra usaha. Siapa yg ingin jadi mitra bayar pendaftaran Rp150 ribu. Mitra tersebut boleh mencari mitra lain sebanyak-banyaknya, kalau dapat mitra baru maka Rp50 ribu menjadi hak pencari mitra dan cukup Rp100 ribu disetor ke pak udin demikian sampai ke bawah. Siapa yang paling banya dapat ? pak Udin dong
Kemudian Pak Udin menawarkan produk paket buku seharga Rp100. ribu. Jika buku laku maka penjual dapat untung Rp 25 ribu. Sementara kalau dapat mitra baru dapat untung Rp50 ribu. Kira-kira orang memilih jual buku atau cari mitra baru ya ?
Dua pegawai tadi dikerahkan mencari mitra baru. Keuntungan pertama pak udin tidak lagi keluar gaji dua pegawai tadi. Kedua, pak Udin sebagai pemilik produk tidak keluar biaya sales dan iklan karena jaringan sudah bekerja.
Apakah buku tadi menjadi laku ? tidak, karena orang lebih tertarik mencari mitra baru. Pada akhirnya karena di kota itu semua sudah menjadi mitra siapa yang mau membeli buku ? mitra terakhir yang baru bergabung mau mencari anggota baru kemana ?
Tetapi , walau pendapatan dari penjualan buku tidak meningkat signifikan, pak udin sudah pasti penghasilannya meningkat drastis dan kaya raya. dari mana ? tentu saja dari uang pendaftaran Rp100 ribu setiap mitra baru yang ia terima.
Jadi sebenarnya yang dijual pak udin buku atau keuntungan mencari mitra baru ? Jika dilihat dari sistemnya keuntungan yang lebih menggiurkan adalah mencari mitra baru dan tentu saja orang yang harus kita kasihani adalah yang terakhir bergabung karena tidak ada lagi yang akan diajak.
Nah, kesimpulannya kalau mau bisnis MLM jadilah pendiri dan perintis karena jadi orang yang kesekian ratus atau ribu dikhawatirkan sudah sampai titik jenuh. Jika kita sebagai pendiri dipastikan ketika MLM sudah jenuh kita sudah untung duluan
Tentu saja, tidak semua MLM seperti itu. Saya yakin ada MLM yang memiliki produk yang bagus dan sistem yang bagus sehingga berhasil mensejahterakan semua anggotanya. walau bagaimana pun MLM adalah salah satu bisnis yang ada dan kita harus memberi apresiasi kepada saudara-saudara kita yang fokus disini. Namun, tentu saja pilihan usaha dan bisnis kembali kepada kita masing-masing tanpa merasa harus jumawa dan merasa paling hebat. Satu lagi tulisan ini dibuat tidak untuk menyudutkan pihak manapun karena beranjak dari realitas yang ada di masyarakat.
