Mohon tunggu...
Ikhwan Wahyudi
Ikhwan Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Film Belum Mulai Komentar Sudah Di Ujung

27 Oktober 2014   21:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:32 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berikutnya yang kita ulas adalah putri mahkota Puan Maharani. Saya menjadi heran jika ada yang bertanya kenapa Puan bisa jadi menteri karena itu adalah pertanyaan yang amat naif. Bahkan tak sedikit yang bertanya apa prestasinya bahkan ada yang ragu apakah Puan bisa menyebutkan tujuh unsur kebudayaan universal, siapa itu Malinowski apa definisi budaya menurut Clifort Gertz.

Ingat sekali lagi ingat, menteri itu adalah jabatan politik. Ya jabatan politik bukan jabatan karir yang mana orang yang akan menempatinya harus pakai seleksi Tes Potensi Akademik , Toefl hingga tes psikologi dan harus memiliki pangkat tertentu diklat pimpinan dan segala tetek bengeknya.

Tahukah apa artinya jabatan politik? Begini, kalau cuma mengurus hal-hal bersifat teknis menteri bisa bertanya kepada bawahannya yang pintar-pintar soal kebudayaan dan pembangunan. Coba ingat apakah Soeharto adalah orang yang sangat hebat dari sisi akademik dan menguasai secara mendalam teori teori pembangunan tingkat lanjut ? Apakah ia adalah orang yang sangat jenius dan luar biasa dengan penemuan terbaru yang mencerahkan umat manusia ? Jawabnya tidak saudara-saudara.

Ada hal yang perlu kita pahami apa peran dan fungsi partai politik. Salah satunya melahirkan kader-kader yang akan menjadi pemimpin negara. Apapun partainya muara akhirnya adalah bagaimana anggotanya bisa jadi menteri atau presiden, jika tidak maka itu bukan partai politik melainkan yayasan. Karena PDI Perjuangan punya saham terbesar dalam mengantarkan Jokowi jadi presiden tentu tidak bisa dinafikan, karena itu logis jatah kursi kabinet yang diberikan kepada partai dengan simbol banteng itu cukup banyak.

Lalu ada yang berujar bukankah seorang pemimpin itu harus punya wawasan, pengalaman dan skil yang mumpuni. Betul sekali. Apa indikator menilainya, kalau soal pengalaman maka yang paling layak jadi menteri diantara 34 nama itu hanya empat  yaitu Lukman Hakim Syaifudin, Syofyan Jalil , Rini Soemarno dan Khofifah Indar Parawansa. Mengapa, karena mereka semua sudah punya pengalaman jadi menteri. Bahkan presiden saja Jokowi juga belum berpengalaman karena sebelum ini belum pernah menjabat sebagai presiden.

Lalu kita coba kuliti Puan ternyata alumni Ilmu Komunikasi UI melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Coba deh siapa yang ada disini, secara akdemik mereka yang bisa lulus di Ilmu komunikasi UI, saya yakin mereka yang pintar dan bisa bersaing dengan ribuan orang dari seluruh Indonesia. Oleh sebab itu orang seperti saya yang hanya lulusan perguruan tinggi lokal jadi minder, diterima lulus di universitas lokal saja sulitnya minta ampun apalagi UI.

Terakhir ibarat kata  film belum mulai tapi komentar penonton sudah sampai di ujung. Oleh sebab itu mari beri kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan mewujudkan janjinya. Jika mereka lalai ingatkan dan kritik , jika tak digubris ada banyak cara untuk mengingatkan. Namun sekali lagi jika tak setuju, Ini Salah Itu Salah pokoknya semua salah, itu juga hak masing-masing .

Tapi ingat jika setiap hari kita hanya disibukan mencari kelemahan orang lain, maka hari-hari kita hanya akan dipenuhi oleh kekurangan dan kesempitan. Sementara orang sudah bergerak maju dan terus melangkah mewujudkan pencapaian hidupnya   dan yang menyedihkan kita tak kunjung bergerak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun