Kabar mengejutkan itu  diungkap oleh Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo yang menyampaikan,  sekitar  800.000 guru di Tanah Air pangkatnya selaku pegawai negeri sipil tertahan hanya sampai golongan IV A karena tidak bisa membuat karya tulis ilmiah.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi guru yang ingin  menduduki golongan IV B harus membuat karya tulis ilmiah. Namun, karena tidak bisa menulis  30,4 persen guru SD dan 28,3 persen guru SMP  harus puas  terhenti di golongan IV A. Lebih menyedihkan  tidak ada guru SD dan SMP yang bisa ke IV E karena minimnya kemampuan menulis tersebut, sebagaimana dikutip kompas.
Beranjak dari realitas tersebut ada hal mendasar yang perlu menjadi renungan kita, betapa para pendidik yang berjasa besar tidak mendapatkan golongan yang tepat kendati secara usia telah seharusnya akibat tidak bisa menulis.
Mungkin saja penggagas kebijakan kewajiban menulis karya ilmiah bagi para guru di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  adalah orang-orang yang ketika dibangku SD dan SMP diajar oleh 800 ribu guru yang tak bisa menulis itu. Amat mungkin pembuat regulasi tersebut dulu bisa pandai membaca dan menulis dan sehebat sekarang akibat jasa sang guru.
Namun, hari ini pahlawan tanpa tanda jasa itu harus menerima kenyataan pahit menghadapi dua pilihan  menulis atau tidak naik pangkat yang berimbas pada besaran penghasilan yang diterima setiap bulan. Pada satu sisi kebijakan itu tentu merugikan , tetapi jika menggunakan kaca mata positif tentu ada manfaat dan pertimbangan matang yang melatarinya.
Kompetensi menjadi kata kunci mengapa guru suka atau tida harus mulai membiasakan diri untuk menulis. Sosok yang setiap hari mendedikasikan  1/3 waktunya  mendidikan dan mencetak generasi bangsa mendatang memang dituntut menjadi figur yang tidak hanya rajin membaca,  mengajarkan ilmu yang dibaca, namun juga tajam mengasah pikiran untuk dituangkan dalam kata demi kata hingga kalimat.
Bisa jadi ada yang menilai tuntutan ini berlebihan, beban mengajar sudah sedemikian padat, belum lagi mendidik moral dan prilaku pelajar, di rumah guru pun harus menjalankan tugas domestiknya mengapa harus ditambah beban mereka. Benar, pada satu sisi terlihat berat, namun jika kita ingin melihat jauh ke depan ini menyangkut masa depan bangsa ini 10-20 tahun ke depan.
Korelasinya adalah jika pendidik memiliki kemampuan menulis yang baik, kemudian menularkan kepada siswa tentu akan lahir anak-anak muda berbakat yang ditangan mereka yang menentukan nasib bangsa yang juga akan mempengaruhi kehidupan guru di hari tua. Jadi sebenarnya melatih diri untuk terampil menulis adalah sebentuk investasi di hari tua.
M anfaat Menulis
1. Mendorong Untuk Banyak Membaca
Jangan harap bisa menjadi penulis yang terampil dan handal jika tidak diawali dengan banyak membaca. Tingkat pengetahuan, kapasitas dan wawasan seseorang salah satunya ditentukan oleh apa yang dibacanya. Jika otak dibaratkan sebuah gudang maka membaca adalah upaya memasok bahan dan barang disimpan dalam gudang itu. Namun, ketika sudah tersimpan harus ada sirkulasi dan bentuknya adalah menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.
Jika gudang diisi terus menerus tanpa ada barang yang dikeluarkan akan over kapasitas. Bisa jadi barang tersebut akhirnya berkarat dan rusak, sementara jika ditulis kembali merupakan upaya menyegarkan kembali ingatan. Semakin banyak seseorang membaca akan semakin banyak memiliki bahan untuk ditulis
2. Memiliki Wawasan Luas
Membaca dan menulis memiliki korelasi yang kuat. Jika seseorang sudah memiliki kegemaran menulis dapat dipastikan ia adalah seorang yang suka membaca. Tentu saja kompensasinya adalah ketika getol membaca akan memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas.
3.Bisa Membuat Buku Bahan Ajar
Saat guru mahir menulis maka ia dapat menyusun buku bahan ajar sendiri. Tentu saja ketika ia menulis sendiri akan lebih tahu dan paham poin poin penting tentang pelajaran yang akan disampaikan kepada muridnya. Artinya ia sudah punya frame yang akan diajar dan diperjelas melalu bahan ajar yang disusun tersebut.
4. Mengikat Ilmu Pengetahuan
Suatu ungkapan mengatakan ikatlah ilmu dengan menulis. Kita dapat mengetahui apa yang terjadi di masa silam karena ada yang mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan. Jika tidak tentu kita tak pernah tahu sejarah penjajahan di Indonesia atau apa yang terjadi di luar negeri 300 tahun lalu. Semua itu adalah rangkaian fakta dan peristiwa yang diikat sehingga terus bertahan dan menjadi pelajaran
5. Melatih Kemampuan Berbahasa Indonesia
Sebagai seorang pendidik tentunya dituntut memiliki kemampuan Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena bahasa mencerminkan martabat bangsa. Kemampuan bahasa Indonesia yang baik akan diasah salah satunya dengan menulis karena setiap kata yang dituangkan lahir dari seleksi pemikiran di otak.
6. Memperlambat Kepikunan
Berdasarkan penelitian salah satu faktor yang menyebabkan seseorang cepat pikun adalah kurang memaksimalkan penggunaan otak. Aktivitas membaca dan menulis merupakan salah satu bentuk pemanfaatan ruang otak agar tetap aktif sehingga memperlambat terjadinya kepikunan. Jika guru telah pensiun namun ia tetap rajin menulis maka setiap hari ia akan terus mengasah otaknya.
7. Memotivasi Siswa
Jika guru seorang penulis maka dipastikan ia akan menularkan keterampilan itu kepada pelajarnya. Siswa yang diajar oleh guru yang pandai menulis t akan didorong untuk ikut menulis yang memiliki banyak manfaat. Jika siswa tersebut terampil maka lahir generasi yang akan melahirkan karya karya inspiratif.
8. Mendapatkan Penghasilan Tambahan
Ada orang yang secara sadar memilih menjalankan profesi sebagai penulis. Deretan nama populer seperti Dan Brown atau JK Rowling adalah bukti nyata bagaimana mereka meraih sukses melalui menulis. Jika menulis digeluti secara serius tidak membuka peluang bagi guru untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Misalnya ketika guru rajin menulis artikel di koran akan ada honor tulisan yang diterima. Tak perlu khawatir menerima honor atas usaha yang dilakukan adalah sesuatu yang mulia. Jika digeluti serius tentu saja akan menambah penghasilan guru.
9. Memenuhi Syarat Kepangkatan
Sebagaimana diulas diatas ketika guru terlatih dalam menulis maka ia akan mencapai pangkat dan golongan yang lebih tinggi dibandingkan rekan seprofesi. Ini juga berkontribui bagi peningkatan penghasilan. Sudah menjadi hukum alam siapa yang berbuat lebih maka ia akan mendapat lebih.
10. Mengangkat Harkat dan Martabat Bangsa
Berdasarkan data Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi jumlah guru yang ada di Tanah Air saat ini mencapai sekitar tiga juta orang.Jika 10 persen saja rajin menulis berbagai hal positif maka akan lahir 300 ribu tulisan lahir . Jika dalam satu bulan dua tulisan akan muncul hampir setengah juta karya. Dapat dibayangkan bagaimana harkat dan martabat bangsa ini terangkat ketika para guru dan seluruh kompenen bangsa saling berlomba untuk menghasilkan karya melalui tulisan
Tantangan
Mengingat masih rendahnya kemampuan menulis para guru di Tanah Air merupakan kesempatan bagi seluruh pihak termasuk  Tanoto Foundation untuk ikut andil melatih para pendidik menjadi penulis yang terampil . Berbagai program pelatihan kepenulisan mulai tingkat dasar hingga mahir dapat diangkat baik tingkat nasional maupun lokal. Adalah suatu kebahagian dan membanggakan jika para guru di negeri ini juga tampil menjadi penulis handal yang akan menginpirasi muridnya menjadi generasi berilmu yang kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H