Boaz Solossa adalah talenta terbaik negeri ini. Jika sejak kecil dia 'bersekolah' La Masia, mungkin Messi akan pindah ke Persipura karena tidak dapat tempat di Barcelona. Pujian yang berlebihan? Iya, saya hanya ingin memuji Boaz setinggi-tingginya. [caption id="" align="alignnone" width="200" caption="Kapten Boaz"][/caption] Indonesia vs Turkmenistan, siapa yg tdk terpukau dengan aksi-aksi Boaz? Finishingnya memang banyak yang melambung. Itu karena dia hanya mengandalkan bakat, tidak dididik teknik dasar seperti lulusan La Masia. Tidak mencetak gol, tapi jantung suporter Indonesia dibuatnya berdebar setiap kali dia memegang bola. Boaz bisa menjanjikan kejutan magis pada setiap jengkal langkahnya. Seseorang yang sanggup menciptakan perbedaan hanya dengan sebuah gerakan. Cuma sedikit pemain di dunia yang bisa melakukannya: Messi, Rooney, Ronaldo,.... dan kita beruntung memiliki Boaz. Boaz di Timnas. Sayangnya, sungguh aneh saat kita lihat kiprah Boaz di timnas. Pemain seperti dia baru tampil 16x membela negara. Boaz sudah muncul sejak Piala Tiger 2004, kemudian hantu cedera membuatnya absen cukup lama. Di sinilah terlihat, bagaimana cara bangsa ini memperlakukan mutiara yang seharusnya dijaga. Boaz merasa ditelantarkan karena mengurus sendiri cedera yang didapatnya saat membela negara. Merasa tidak digubris saat sakit, sejak itu Boaz seolah menyimpan amarah terselubung kepada timnas. Panggilan dari pelatih timnas dianggapnya seperti missed call yang tidak perlu diangkat. Kasus bertajuk indisipliner membuatnya didepak dari skuad. Sekarang Boaz kembali. Sebagai orang Indonesia, dia juga ingin ikut jadi patriot seperti teman-temannya di Piala AFF lalu. Boaz mau minta maaf, dan kasus-kasus indisiplinernya dimaafkan. Boaz, dengan ban kapten yang melingkar di lengannya. Sekarang Boaz kembali menjadi bintang indonesia. Tidak tanggung-tanggung, dia memakai ban kapten saat Firman Utina ditarik keluar lapangan. Melingkarnya ban kapten di lengan Boaz bisa memiliki makna yang luar biasa... "Sungguh sejuk rasanya, saat melihat Firman memberi ban kapten kepada Boaz." Seorang member TCV yang hobi berpetualang hingga ke tanah papua, mengirim pesan singkatnya (SMS) tentang ban kapten ini: "Biar loyal sama NKRI. :)". Apa maksudnya? Tanpa bermaksud memecah belah, kita tahu fakta tentang saudara-saudara di Indonesia timur, yang seringkali hanya dapat sedikit cipratan hasil pembangunan negeri. Ketidakmerataan. Itulah sebabnya gerakan sparatisme di sana tidak pernah mati. Dan mungkin itu juga sebabnya, hanya sedikit pemain Papua yang mau menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pertandingan. Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung siapa pun. Tapi ban kapten itu membawa kesejukan. Hey Boaz, sekarang pun kau bisa memimpin tim yang menjadi kebanggaan Indonesia. Kami juga berharap, pengurus elite sepakbola Indonesia tidak hanya menjadikan pemerataan pembinaan bibit-bibit muda di seluruh pelosok Indonesia hanya sebagai retorika belaka. Jika kita bisa diwakili oleh banyak pemain sekualitas Boaz, akan menjadi sebuah harapan besar. Kita tidak mungkin hanya mengharapkan pemain-pemain kelahiran Uruguay atau mereka yang berdarah Belanda. Kita punya banyak mutiara di negeri sendiri, yang seharusnya bisa diasah sendiri. Semoga, sejak Boaz mengenakan ban kapten setelah Bepe dan Firman Utina, Indonesia benar-benar telah mulai menyatukan kekuatannya. Demi kebanggaan yang terwakili lewat arena sepakbola. Sepakbola bisa menyatukan kita, dan menghilangkan sekat pembeda. Bersama-sama kita bisa kompak berteriak: INDONESIA! Abe Bagaskara | www.sepaxbola.info
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H