Sementara itu, sambil berjalan menuju ke rumah Askari, penulis bertanya-tanya, ada apa sebenarnya sampai banyak warga dari beberapa kelurahan melakukan aksi protes terhadap pelaksanaan rapid tes?
Bagaimana bisa begitu cepat pertumbuhan spanduk bernada protes seperti itu terjadi di tengah upaya pemerintah Kota Makassar Cq Pemerintah Propinsi Sulawesi-Selatan mencegah bertambahnya angka kasus covid 19?
Hanya Butuh SWAB
Askari sedang duduk di kursi halaman depan ketika penulis tiba di hadapannya. Jarum jam di tangan menunjukkan pkl. 20.45 Wita.
Kali ini Askari mengenakan kaos merah plus celana jeans hitam yang tampak kumal. Dua kakinya ditekuk dan ditaruh di atas kursi sementara kedua tangannya sibuk menindis keyboard HP android.
Pemandangan seperti itu sudah biasa penulis dapati setiap menemui ketua RW di wilayahnya ini.
Di sebelah kanannya tampak tiga orang anak muda sedang bercengkarama. Seperti warga seputar lainnya, malam ini tak satu pun dari mereka mengenakan masker dan menjaga jarak. Sesekali mereka membisu seraya memeprhatikan HP yang ada di tangannya.
Dua bocah ikut menyaksikan game yang dimainkan Askari di bawah lampu yang sinarnya remang-remang. Seperti Askari sang bapak, kedua bocah ini juga tak mengenakan masker.
Selang beberapa menit duduk dikursi, Askari menyuruh satu anaknya yang dari tadi ikut menyakasikan permainan gamenya, meminta ibunya menyediakan dua cangkir kopi hitam.
Satu untuk Pak Pet dan satunya lagi untuk bapak”, perintah Askari pada anaknya.
Sambil menunggu kopi panas tiba di meja kami, penulis mulai pembicaraan dengan mengajukanp pertanyaan, SSejak kapan spanduk itu dipasang Pak Askari?"