Mohon tunggu...
Pettarani Bone
Pettarani Bone Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Kebenaran itu dari Tuhanmu dan kewajibanmu hanyalah menyampaikan".

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masikah Bangsa Ini Memilih Pemimpin Nasionalis?

4 Juni 2013   22:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:31 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah komunis tumbang, kaum nasionalis  mengambil alih  kepemimpinan nasional. Ruh Nasakom yang sukses mengusir kapitalis penjajah, lenyap seiring kematiaan Bung karno. Namun selama hampir setengah abad kaum nasionalis berkuasa masih banyak anak bangsa ini hidup dalam kemiskinan.Hutang luar negeri  bukannya mengempis, tapi malah membengkak.

Paham nasionalisme yang menjiwai kebanyakan tokoh bangsa telah meneyebakan mereka menggadaikan dan menjajah bangsa dan negara .  Segelintir orang menguasai 80% kekayaan negeri ini.

Nasakom

Terdapat tiga warna kekuatan  rakyat yang menonjol di masa perjuangan Bung Karno  tempoe doloe. Yang pertama kaum nasionalis, kedua kaum marxis dan yang terakhir ialah umat Islam.

Bung Karno melihat  adanya unsur persamaan antara nasionalis, marxis dan Islam.Kemudian sang proklamator  berupaya mempersempit perbedaan yang menganga  ketiganya dengan membentangkan persamaan itu sebagai berikut;

Nasionalis = Marxis=Islam  Nusantara  memiliki musuh yang sama yaitu kaum penjajah yang liberalis kapitalis. Ketiganya menginginkan kemerdekaan . dan baik Islam maupun marxis keduanya mengharamkan riba (meerwaarde) dan menginkan kemanusiaan manusia terangkat dan merdeka.

Mengusir Belanda dari tanah nusantara  harus memiliki kekuatan yang paling tidak, setara  dengan kekuatan Belanda.  Maka Bung karno merangkul dan mempersatukan tiga kekuatan besar bangsa Indoensia tadi di bawah bendera NASAKOM (Nasionalis, Agama dan  Komunis).

Hasil perjungan pemikiran Bung Karno itu ialah persatuan Indonesia  yang pada akhirnya terbukti membuat hengkang kaum penjajah negeri ini, Belanda.

Jaman Kemerdekaan ?

Komunis telah "mati" oleh Soeharto di negeri ini.  Kawannya yang tersisa ialah nasionalis dan islam. Namun yang selalu tampil ke depan memegang kekuasan   sejak Soeharto menggantikan Bung Karno  1967 hingga saat ini 2013  ialah ,kaum nasionalis. Padahal kaum muslimin negeri ini jumlahnya dominan. Ironis .

Sekarang kita bertanya; apakah selama 46 tahun  (1967-2013)  kaum nasionalis berkuasa, seluruh rakyat Indonesia merasakan pemerataan hasil-hasil pembangunan ?

Faktanya dari 1967-2013;

1).Bumi dan kekayaan alam Indonesia yang mengandung emas, batubara, biji besi,gas alam, dsb yang    menguasai hayat hidup orang banyak lebih banyak dikuasai oleh bangsa asing. Perusahaan asing bidangbatubara lihat di sini; http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/perusahaan-asing-yang-mengeruk-atau-mengincar-batubara-indonesia.Minyak dan gas Bumi lihat nama perusaan asing itu di sini; http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-asing-yang-kuasai-migas-indonesia.html. Sedangkan untuk perusahan tambang emas lihat di sini; http://www.americacrusher.com/penggilingan/nama-perusahaan-tambang-emas-di-indonesia.html., 2). Sekitar 23,5 juta muslim di negeri ini hidup di dalam kemiskinan, 3).Umat Islam  ditembaki (ingat peristiwa Tanjung Priok) dan dicurigai teroris ,4). Hanya tiga orang Muslim dari sepuluh orang terkaya Indonesia, 5). Hutang Luar Negeri   2013 telah menembus angka 2000 triliun dan akan ditambah lagi  300triliun, 6). Bangsa dan  Negara kita sudah  kalah  saing dengan  Malaysia dalam beberapa segi   kebudayaan,   padahal   semua tahu , kita lebih duluan merdeka., 7).  KKN semakin marak dan sudah marasuki  segala aspek khidupan diikuti oleh   gemarnya para pejabat negara   mempertontonkan kemaksiatan tanpa rasa malu sedikitpun di wajahnya.

Di jaman kemerdekaan  ini    sebanyak  80% kekayaan bangsa dan negara Indonesia dinikmati oleh 20%  rakyat negeri ini. Orang kaya semakin kaya, sebaliknya  mereka yang miskin semakin kere saja.

Kenapa kaum nasionalis tak bisa mensejahterakan 80% rakyat Indonesia ? Ini terkait langsung dengan karakter bawaan dari nasionalisme Barat yang diadopsi oleh kebanyakan pemimpin kita.

Nasionalisme berasal dari  dunia Barat.  Adapun  ruhnya  nasionalisme ialah  materialisme . Materialisme melahirkan kapitalisme di bidang ekonomi (ekonomi riba). Di bidang politik melahirkan liberalisme (kebebasan=demokrasi) dan di bidang sosial budaya melahirkan paham individualisme =nasionalisme dalam politik).

Dalam perpektif  nasionalisme  sebuah bangsa dan negara  sama dengan  seorang  individu dengan karakternya sendiri yang berbeda dengan individu atau bangsa dan ngera lain.  Ini bisa ditengok dari  sikap nasionalis, “Aku bukan engkau dan engkau bukanlah aku. Aku adalah aku dengan segenap karakterku”. Sikap mana  sangat bertolak belakang  dengan sikap dan  pandangan Islam yang melihat semua manusia dan khususnya  umat islam adalah saudara yang tak bisa dibeda-bedakan satu dengan yang lainnya.

Dan sebagai individu, maka bangsa dan  negara nasionalis bebas melakukan aktivitas ekonomi riba agar tetap survive di tengah perebutan  kekayaan.Supaya survive nasionalis berucap, ”Karena aku bukan engkau, dan dan engkau bukan aku, maka aku takkan membantu anda jika bantuan Saya tak memberikan keuntungan. Sebab tanpa materi  dunia akan  membunuhku”. Karakter inilah   merupakan karakter berbahaya yang dilahirkan oleh asionalisme  Barat karena ia   menjadikan seorang individu maupun satu bangsa seperti  serigala  yang egois bagi yang lain. Isme ini telah  mendorong  bangsa -bangsa eropa menjajah bangsa-bangsa lain.

Tak salah jika dikatakan bahwa  hasil kerja pemimpin nasionalis  di negeri ini  telah mempertontonkan  fakta-fakat memiriskan. Mereka telah menciptakan manusia menjadi tuhan kerena kekuatan uangnya. Orang-orang miskin dan anak yatim piyatu  dibiarkan hidup selamanya dalam kemiskinannya.  Hukum dan zanksinya hanya untuk kaum akar rumput. Kita dijajah oleh pemimpin kita.

Jiwa penjajah  kapitalis telah   disuntiikan ke dalam otak  kebayakan pemimpin negeri ini dengan dalih "demi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara". Akankah anak bangsa  memilih pemimpin  nasionalis  yang  hampir setengah abad   berkuasa ternyata gagal membangun bangsa dan negara RI tercinta ?

Semoga  saja  tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun