Setelah komunis tumbang, kaum nasionalis mengambil alih kepemimpinan nasional. Ruh Nasakom yang sukses mengusir kapitalis penjajah, lenyap seiring kematiaan Bung karno. Namun selama hampir setengah abad kaum nasionalis berkuasa masih banyak anak bangsa ini hidup dalam kemiskinan.Hutang luar negeri bukannya mengempis, tapi malah membengkak.
Paham nasionalisme yang menjiwai kebanyakan tokoh bangsa telah meneyebakan mereka menggadaikan dan menjajah bangsa dan negara . Segelintir orang menguasai 80% kekayaan negeri ini.
Nasakom
Terdapat tiga warna kekuatan rakyat yang menonjol di masa perjuangan Bung Karno tempoe doloe. Yang pertama kaum nasionalis, kedua kaum marxis dan yang terakhir ialah umat Islam.
Bung Karno melihat adanya unsur persamaan antara nasionalis, marxis dan Islam.Kemudian sang proklamator berupaya mempersempit perbedaan yang menganga ketiganya dengan membentangkan persamaan itu sebagai berikut;
Nasionalis = Marxis=Islam Nusantara memiliki musuh yang sama yaitu kaum penjajah yang liberalis kapitalis. Ketiganya menginginkan kemerdekaan . dan baik Islam maupun marxis keduanya mengharamkan riba (meerwaarde) dan menginkan kemanusiaan manusia terangkat dan merdeka.
Mengusir Belanda dari tanah nusantara harus memiliki kekuatan yang paling tidak, setara dengan kekuatan Belanda. Maka Bung karno merangkul dan mempersatukan tiga kekuatan besar bangsa Indoensia tadi di bawah bendera NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis).
Hasil perjungan pemikiran Bung Karno itu ialah persatuan Indonesia yang pada akhirnya terbukti membuat hengkang kaum penjajah negeri ini, Belanda.
Jaman Kemerdekaan ?
Komunis telah "mati" oleh Soeharto di negeri ini. Kawannya yang tersisa ialah nasionalis dan islam. Namun yang selalu tampil ke depan memegang kekuasan sejak Soeharto menggantikan Bung Karno 1967 hingga saat ini 2013 ialah ,kaum nasionalis. Padahal kaum muslimin negeri ini jumlahnya dominan. Ironis .
Sekarang kita bertanya; apakah selama 46 tahun (1967-2013) kaum nasionalis berkuasa, seluruh rakyat Indonesia merasakan pemerataan hasil-hasil pembangunan ?
Faktanya dari 1967-2013;
1).Bumi dan kekayaan alam Indonesia yang mengandung emas, batubara, biji besi,gas alam, dsb yang menguasai hayat hidup orang banyak lebih banyak dikuasai oleh bangsa asing. Perusahaan asing bidangbatubara lihat di sini; http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/perusahaan-asing-yang-mengeruk-atau-mengincar-batubara-indonesia.Minyak dan gas Bumi lihat nama perusaan asing itu di sini; http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-asing-yang-kuasai-migas-indonesia.html. Sedangkan untuk perusahan tambang emas lihat di sini; http://www.americacrusher.com/penggilingan/nama-perusahaan-tambang-emas-di-indonesia.html., 2). Sekitar 23,5 juta muslim di negeri ini hidup di dalam kemiskinan, 3).Umat Islam ditembaki (ingat peristiwa Tanjung Priok) dan dicurigai teroris ,4). Hanya tiga orang Muslim dari sepuluh orang terkaya Indonesia, 5). Hutang Luar Negeri 2013 telah menembus angka 2000 triliun dan akan ditambah lagi 300triliun, 6). Bangsa dan Negara kita sudah kalah saing dengan Malaysia dalam beberapa segi kebudayaan, padahal semua tahu , kita lebih duluan merdeka., 7). KKN semakin marak dan sudah marasuki segala aspek khidupan diikuti oleh gemarnya para pejabat negara mempertontonkan kemaksiatan tanpa rasa malu sedikitpun di wajahnya.
Di jaman kemerdekaan ini sebanyak 80% kekayaan bangsa dan negara Indonesia dinikmati oleh 20% rakyat negeri ini. Orang kaya semakin kaya, sebaliknya mereka yang miskin semakin kere saja.
Kenapa kaum nasionalis tak bisa mensejahterakan 80% rakyat Indonesia ? Ini terkait langsung dengan karakter bawaan dari nasionalisme Barat yang diadopsi oleh kebanyakan pemimpin kita.
Nasionalisme berasal dari dunia Barat. Adapun ruhnya nasionalisme ialah materialisme . Materialisme melahirkan kapitalisme di bidang ekonomi (ekonomi riba). Di bidang politik melahirkan liberalisme (kebebasan=demokrasi) dan di bidang sosial budaya melahirkan paham individualisme =nasionalisme dalam politik).
Dalam perpektif nasionalisme sebuah bangsa dan negara sama dengan seorang individu dengan karakternya sendiri yang berbeda dengan individu atau bangsa dan ngera lain. Ini bisa ditengok dari sikap nasionalis, “Aku bukan engkau dan engkau bukanlah aku. Aku adalah aku dengan segenap karakterku”. Sikap mana sangat bertolak belakang dengan sikap dan pandangan Islam yang melihat semua manusia dan khususnya umat islam adalah saudara yang tak bisa dibeda-bedakan satu dengan yang lainnya.
Dan sebagai individu, maka bangsa dan negara nasionalis bebas melakukan aktivitas ekonomi riba agar tetap survive di tengah perebutan kekayaan.Supaya survive nasionalis berucap, ”Karena aku bukan engkau, dan dan engkau bukan aku, maka aku takkan membantu anda jika bantuan Saya tak memberikan keuntungan. Sebab tanpa materi dunia akan membunuhku”. Karakter inilah merupakan karakter berbahaya yang dilahirkan oleh asionalisme Barat karena ia menjadikan seorang individu maupun satu bangsa seperti serigala yang egois bagi yang lain. Isme ini telah mendorong bangsa -bangsa eropa menjajah bangsa-bangsa lain.
Tak salah jika dikatakan bahwa hasil kerja pemimpin nasionalis di negeri ini telah mempertontonkan fakta-fakat memiriskan. Mereka telah menciptakan manusia menjadi tuhan kerena kekuatan uangnya. Orang-orang miskin dan anak yatim piyatu dibiarkan hidup selamanya dalam kemiskinannya. Hukum dan zanksinya hanya untuk kaum akar rumput. Kita dijajah oleh pemimpin kita.
Jiwa penjajah kapitalis telah disuntiikan ke dalam otak kebayakan pemimpin negeri ini dengan dalih "demi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara". Akankah anak bangsa memilih pemimpin nasionalis yang hampir setengah abad berkuasa ternyata gagal membangun bangsa dan negara RI tercinta ?
Semoga saja tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H