Pergi keluar
Tinggalkan tanah tumpah darah
Tak tahu ke mana?
Akan selamat kah?
Akan kembali kah?
Di tanah pengungsian
Tak ada tempat berteduh
Tak ada makanan
Tak ada air minuman
Tak ada sekolah untuk anak-anak
Tak ada layanan kesehatan
Di tanah pengungsian
Gubuk sempit berjubel manusia
Beribu orang berebut sebutir nasi
Setetes embun dinantikan berjuta orang
Pakain lusuh menempel di tubuh-tubuh kurus
Memeluk dingin tanpa sepotong kain selimut
Di tanah pengungsian
Ratapan duka tak pernah berakhir
Isak tangis membela langit yang selalu diam
Air mata mengalir membentuk samudera duka
Siapakah yang akan datang menolong?
Tuhan pun membisu!
Di tanah pengungsian
Teriak minta tolong terdengar sayup
Sebab, letupan senapan lebih keras!
Petinggi bumi sibuk sidang tanpa hasil
Saling veto di ruang ber-AC
Tanpa peduli jerit tangis di tenda pengungsian
Di tanah pengungsian
Masih berharap datangnya pertolongan
Rumah sementara yang layak huni
Selimut dan pakaian yang menghangatkan tubuh
Sekolah darurat bagi anak-anak
Rumah berobat, obat-obatan dan tenaga kesehatan
Di tanah pengungsian
Ada banyak dukacita, tapi tak menghapus sukacita
Ada banyak air mata, tapi tak melenyapkan senyum
Ada banyak jeritan, tapi tak menghilangkan harapan
Sebab, semesta akan mengirim banyak tangan menolong
Datang dengan doa tulus dan hati yang menguatkan jiwa yang patah
Abepura, 19 November 2023; 08.00 WIT
[Untuk semua orang yang sedang mengungsi, apa pun alasannya, saya sungguh-sungguh berempati, dan mengingat Anda semua dalam doa-dosa saya. Amin].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H