rahim terkoyak
Dan anak-anak mati terkulai
Siapakah dapat menjamin keberlangsungan hidup?
Tidak ada!
Maka, tamatlah sejarah peradaban di rumah bumi!
Dalam perang,
Rahim terkoyak
Hancur berantakan
Tamatlah riwayat kehidupan
Dan, usailah sejarah manusia di rumah bumi!
Dalam perang,
Perempuan selalu yang paling menderita
Daya terkuras dalam pikiran
Tak terselamatkan karena gempuran peluru dan bom
Seketika maut menjemput ke alam baka
Dalam perang,
Rahim yang mengandung keguguran
Susu yang menyusui tak mengalirkan air susu
Tak ada lagi pelukan hangat pada bayinya
Sebab, hanya tersisa jasad kaku
Dalam perang,
Anak-anak generasi penerus tak berdaya
Lari tak bisa
Bersembunyi pun tak ada tempat aman
Hanya ada kematian pada anak-anak
Dalam perang,
Anak-anak mati terkulai
Tanpa tahu mengapa mati belia?
Sebab, bom dan peluru hanya membunuh dalam sepi
Tak peduli anak kecil sekalipun!
Dalam perang,
Anak-anak berjuang selamat
Tetapi, apa daya tak sebanding dentum bom
Lalu, tubuh mungil terurai
Dan, tidur selamanya dalam hening
Wahai penguasa dunia
Lihatlah ibumu
Lihatlah anak-anakmu
Jangan lagi mengorbankan perempuan dan anak-anak di medan perang!
Jangan lagi menjantuhkan bom dan memuntahkan peluru!
Setiap perempuan adalah ibu kehidupan
Setiap anak adalah generasi penerus rumah bumi
Hentikan perang yang hanya melukai dan membunuh perempuan dan anak-anak
Hentikan perang atas nama apa pun, karena perempuan dan anak-anak paling menderita!
Jangan lagi membunuh perempuan dan anak-anak di medang perang!
Wahai penguasa dunia
Malu, malu, malulah saat memandang jasad perempuan dan anak terlentang tanpa daya
Hentikan perang yang hanya membunuh kaum kecil dan tertindas!
Sebab, di dalam perang ibumu dan anak-anakmu pun sedang terbunuh!
Lalu, diri sendiri akan terempas ke dasar kematian kekal!
Abepura, 12 Oktober 2023; 08.12 WIT