"Mau cari Tuhan, datanglah dan temui orang miskin, yang tak berdaya, di bawah kolong jembatan, di emperan toko, di kampung terpencil, pada diri anak-anak gizi buruk, anak-anak yang isap lem, orang jompo yang terlantar, para pengungsi dan orang-orang paling miskin dan terbuang. Tuhan ada di sana!"Â [Petrus Pit Supardi].
***
Siapa itu Tuhan? Tuhan ada di mana? Apakah Tuhan bersembunyi di rumah ibadah megah? Apakah Tuhan tinggal dalam kemuliaan-Nya di langit biru? Tuhan tinggal di mana?
Kita tidak mendapatkan jawaban pasti dan memuaskan tentang identitas Tuhan dan eksistensi-Nya secara menyeluruh. Melalui iman dan keyakinan, kita percaya bahwa Dia berada di tempat Mahamulia. Kita mengenal tempat itu sebagai Surga. Suatu suasana, tanpa ruang dan waktu, penuh sukacita, dalam terang sinar kemuliaan. Â
Di sini, di rumah bumi, kita berjuang agar kelak mencapai Surga. Kita rindu bertemu Tuhan. Kita rindu bersama Dia di dalam kemuliaan-Nya. Lalu, kita berjuang agar sejak di sini, saat ini ada dekat dengan Tuhan. Kita berdoa, membaca Kitab Suci, berbuat amal, dan melakukan hal-hal benar dan baik. Melalui segala tindakan dan perbuatan baik itu, kita berharap kelak mencapai Surga abadi.
Berdoa itu sangat baik. Kita pergi ke rumah ibadah dan berdoa. Kita juga bisa berdoa secara pribadi. Tetapi, berdoa saja tidak cukup. Perlu tindakan, perbuatan amal kasih. Doa tanpa tindakan kasih seperti mata air yang kering, tidak berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Karena itu, setiap doa harus diwujudkan dalam aksi nyata.
Kita ambil contoh. Kita berdoa untuk orang miskin agar mendapatkan makanan dan minuman serta tumpangan. Maka, pertama-tama, kita harus mempraktikkan hidup sederhana.Â
Kita tidak makan berlebihan, apa lagi membuang-buang makanan. Kita pun perlu bertindak menolong orang miskin, dan memberikan tumpangan tatkala orang miskin membutuhkannya. Kita mau hidup sederhana dan bersolidaritas dengan orang-orang yang berkekurangan.
Kita berdoa untuk orang sakit. Kita perlu menjaga kesehatan diri kita dengan pola makan, minum dan istirahat secara teratur. Lalu, pergi mengunjungi dan mendoakan orang sakit.
Kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak hanya bertakhta di tempat tinggi, Mahamulia, Surga. Tuhan hadir dan menjadi nyata di dalam hidup orang-orang miskin. Karena itu, setiap kita melihat orang miskin, hati kita mestinya tergerak menolong.
Perbuatan amal untuk orang miskin, mendatangkan pahala berlimpah. Sebab, tatkala tangan terulung menolong orang miskin, kita bukan semata-mata menolong orang miskin, tapi mengambil bagian dalam karya Tuhan, untuk mengangkat orang miskin agar menjadi lebih baik: sejahtera lahir batin.
Tuhan di kolong jembatan. Sebuah ajakan untuk menolong diri sendiri agar mencapai Surga dengan cara menjumpai dan menolong orang miskin. Pada diri orang miskin tersirat pahala berlimpah. Karena itu, barang siapa menolong orang miskin, ia mendapat pahala tak terhingga. [Wamena, 18 September 2023; 06.05 WIT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H