Seperti lava gunung berapi mendidih,
Begitulah kemesraan mula-mula
Yang terpatri dalam goresan biru pada selembar kertas
Tetapi, hanya sesaat, dan bubar tanpa bicara
Pura-pura mesra di awal perjumpaan
Melejit dalam kata rayuan setinggi langit
Tetapi, diam-diam selingkuh tanpa beban moral
Dan, terkuaklah tabiat/watak sesungguhnya!
Bicara dengan kekasih hati saja tak mampu
Apa lagi mengurusi berjuta rakyat jelata?
Hanya akan merangkai kata penghiburan
Sambil menyediakan samudra air mata
Kemesraan sesaat berakhir dengan jejak buruk
Meninggalkan bekas luka yang akan selalu terkenang
Bahwa nafsu kekuasaan tak peduli suara hati nurani
Sebab, kekuasaan harus diraih atas nama kepentingan rakyat!
Janganlah lekas percaya pada kata-kata dari mulut madu
Sebab, Â sengatan lebah datang kapan sesuka hatinya
Janganlah berharap pada janji-janji manis
Karena, di baliknya terselip pahit tak terkatkan
Pura-mura mesra memang tak 'kan bertahan laman
Lebih baik berpisah daripada hidup dalam sandiwara
Sebab, pintu di rumah lain selalu terbuka menerima dengan tulus
Dan, dari sana menanti waktunya tiba! Â
Wamena, 2 September 2023; 07.24 WIT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H