Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gaya Hidup Kekinian

23 Mei 2023   06:22 Diperbarui: 23 Mei 2023   07:38 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pamer harta kekayaan (flexing) sedang menjadi tren yang menghiasai media sosial. Ada pejabat publik, pengusaha, artis dan atau anggota keluarganya suka pamer harta kekayaan. Pakain mewah, tas mewah, mobil, rumah, jet pribadi, emas, berlian dan lain-lain. Di sisi lain, ada pula banyak orang miskin, melarat, anak-anak gizi buruk, ibu hamil kekurangan gizi, anak-anak yang tidak bisa bersekolah, orang sakit yang tidak bisa berobat dan lain-lain.

Ada orang kaya dan super kaya yang hidup bergelimang harta. Ada pula orang miskin dan super miskin yang terlantar di tepi jalan, dan atau di kolong jembatan. Sama-sama manusia, tetapi yang satu hidup mewah, yang lainnya hidup melarat.

Kita melihat bahwa manusia lebih cenderung memperhatikan dirinya sendiri, tanpa peduli pada sesama. "Kamu ya kamu, aku ya aku!" Kamu bukan urusanku. Ketika menyimak realitas sosial saat ini, kita sadar bahwa dunia sedang mengalami degradasi sosial. Manusia sebatas mengurus dirinya sendiri, tanpa peduli pada orang lain yang sedang menderita. Kita melihat bahwa sikap dan perilaku simpati, empati dan solider terempas ke dasar samudra.

Kemanusiaan kita semestinya melenyapkan perilaku egois, sombong, rakus dan ingat diri sendiri. Orang lain, sesama yang menderita semestinya menggerakan hati kita untuk mengulurkan tangan. Menolong sesama yang menderita adalah panggilan hati nurani dan kemanusiaan kita. Sebab, manusia sesungguhnya adalah satu dan sama! Karena itu, penderitaan orang lain, semestinya juga menjadi penderitaan kita.

Di tengah dunia yang menawarkan kenikmatan sesaat ini, kita dipanggil dan diundang untuk hidup sederhana dan mau peduli pada sesama umat manusia, terutama mereka yang miskin dan melarat, terlantar dan terbuang. Ada begitu banyak anak-anak di panti asuhan, orang tua di panti jompo, anak-anak terlantar di tepi jalan. Siapakah yang mau peduli pada mereka semua?

Daripada pamer harta kekayaan, marilah kita pergi mengunjungi dan menyapa sesama kita yang kurang beruntung. Mereka yang lapar dan haus sedang menunggu kita. Anak-anak gizi buruk, anak-anak yang tidak bersekolah, orang sakit dan terbuang sedang menunggu kedatangan kita. Ke sanalah, kita semestinya mengarahkan hati, pikiran dan hidup kita. Kepada orang miskin, melarat dan terbuang, kita persembahkan hidup kita. Dan, yakinlah kita akan menuai berkat berlimpah.

Hukum alam tabur tuai berlaku sepanjang masa. "Apa yang ditabur, itulah juga yang akan dituai." Setiap perbuatan baik yang kita lakukan, pasti akan kembali kepada diri kita dengan caranya sendiri. Janganlah kita kehilangan kesempatan berbuat baik! Janganlah pernah menyesal berbuat baik. Mari,...kita menabur kasih, kebaikan, kebenaran, keadilan dan biarlah semuanya itu bertumbuh dan berbuah lebat. Pada waktunya tiba, kita akan menuai dengan berlipat ganda.

Abepura, 23 Mei 2023; 07.53 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun