HIV-AIDS terus menggerogoti manusia orang asli Papua (OAP). Sejak ditemukan di Merauke tahun 1992, sampai saat ini HIV-AIDS masih menjadi momok menakutkan. Â Data Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA) provinsi Papua per 30 September 2022 menunjukkan terdapat 50.011 kasus HIV-AIDS di provinsi Papua. Apabila tidak ada tindakan nyata menghentikan laju penyebaran HIV-AIDS di tanah Papua, maka ke depan OAP bisa punah.
Hari ini, 1 Desember 2022, kita merayakan hari AIDS se-dunia. Kita merenungkan tema, "Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS." Sejenak kita bertanya ke dalam diri kita, "Mengapa HIV-AIDS sangat tinggi di tanah Papua? Apa yang sedang keliru dari proses penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS di tanah Papua? Bagaimana memutus mata rantai penularan HIV-AIDS di tanah Papua?"
Tema perayaan hari AIDS se-dunia tahun 2022, mengajak kita untuk bersatu memerangi HIV-AIDS. Tak memandang siapa dan apa latar belakangnya, kita semua harus bersatu menghentikan laju perkembangan HIV-AIDS di tanah Papua. Hanya dengan bersatu, kita dapat berjalan bersama ke semua sudut pelosok tanah Papua untuk menutup pintu-pintu masuknya HIV itu.
Siapakah kita? Kita ada di posisi pengambil kebijakan (eksekutif dan legislatif). Kita ada sebagai aktivis. Kita adalah tetua adat. Kita adalah tokoh agama. Kita adalah tokoh pemuda. Kita adalah tokoh perempuan. Kita adalah masyarakat yang hidup, tinggal dan berkarya di tanah Papua. Kita semua harus bersatu dalam upaya pencegahan penyebaran HIV-AIDS di tanah Papua.
Bagaimana cara kita bersatu dan untuk siapa kita harus bersatu? Â Negara, dalam hal ini Pemerintah, terutama para Gubernur dan Walikota, Bupati di tanah Papua harus memiliki kepedulian tinggi terhadap isu HIV-AIDS. Pemerintah daerah melaui Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS perlu mengorganisir kelompok masyarakat, LSM, adat dan agama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS (P2HA) di tanah Papua.
Demi menyelamatkan OAP yang tersisa sedikit ini, maka kita semua harus bersatu di dalam upaya P2HA di tanah Papua. Kita tidak bisa main-main lagi dengan HIV-AIDS. Data SIHA memperlihatkan HIV-AIDS di tanah Papua terlalu tinggi. Apabila kita tidak bersatu dan serius mengurusi HIV-AIDS di tanah Papua, maka depopulasi OAP akan semakin nyata dan pintu kepunahan OAP semakin terbuka lebar.
Selama tiga puluh tahun (1992-2022), Papua gagal menghentikan laju HIV-AIDS di tanah Papua. Bermula di Merauke, tahun 1992, HIV-AIDS menyebar ke seluruh tanah Papua dan menginfeksi puluhan ribu OAP. Kematian OAP pada usia dini tak terhindarkan. Kita harus melihat tingginya HIV-AIDS di tanah Papua saat ini, sebagai kejadian luar biasa (KLB) dan berjuang menghentikan laju penyebarannya.
Dalam konteks Papua, kita harus ingat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia umumnya terjadi melalui hubungan seksual tidak aman, berganti-ganti pasangan seksual, tanpa menggunakan kondom. Kita melihat orang memiliki banyak uang, kemudian menggunakannya untuk seks bebas, yang berdampak pada terinfeksi HIV. Jadi, HIV masuk karena orang mencarinya.
Hari ini, kita merayakan hari AIDS se-dunia tahun 2022, kita bikin komitmen. "Saya mau hidup lurus. Saya tidak melakukan seks bebas tidak aman. Saya mau menjaga diri saya sendiri. Saya mau menjaga keluarga saya. Saya mau menjaga marga saya. Saya mau menjaga suku saya. Saya mau menjaga Papua!" Dengan komitmen seperti ini, kita mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi "salah jalan!"
Di tengah keprihatinan akan meluasnya penyebaran HIV-AIDS di tanah Papua, kita juga mengingat dan mendoakan semua orang yang hidup dengan HIV-AIDS. Kita memberikan dukungan nyata dengan tidak membuat stigma kepada mereka yang terinfeksi HIV-AIDS. Kita mendukung para pengidap HIV-AIDS dengan peneguhan, penguatan, tetapi juga menyediakan kebutuhan konkret seperti lapangan pekerjaan dan makanan bergizi.