Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tongkat Gembala Uskup Jayapura Beralih ke Tangan Pastor Orang Asli Papua

30 Oktober 2022   09:12 Diperbarui: 30 Oktober 2022   09:15 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uskup terpilih Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You dan Soleman Itlay, 29-10-2022, dokpri

Seruan di halaman gereja, di jalan-jalan dan di media sosial tentang Uskup OAP telah mencapai titik terang. Selanjutnya, Uskup OAP ini akan teruji di medan pelayanan, ataukah benar-benar berhati Papua seperti harapan kawanan domba orang asli Papua? Ataukah justru sebaliknya tinggal di kandang sendiri, meninggikan tembok dan menutup pintu rumah?

Kita ingat pesan Yesus di dalam Injil Yohanes, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan," (Yohanes 10:10). Yesus juga berkata, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya," (10:11). "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku," (Yohanes 10:14).

Gembala ada dan datang untuk siapa? Kita tahu jawabannya, "seorang gembala untuk kawanan dombanya!" Kita berharap dan berdoa, semoga Mgr. Yan You dapat menjadi gembala yang baik bagi kawanan domba di Keuskupan Jayapura dan tanah Papua tercinta. Kita juga berdoa semoga para imam-Nya di Keuskupan Jayapura dan seluruh tanah Papua, menjadi imam-imam yang sungguh-sungguh menghadirkan Yesus di dalam seluruh hidup dan karya pelayanan mereka.

Tongkat gembala untuk kawanan domba. Gembalakanlah kawan domba Allah, secara khusus umat orang asli Papua dengan belas kasih yang besar dan hati tulus ikhlas. Pintu hati terbuka lebar. Telinga hati mau mendengarkan. Mata hati mau melihat jerit tangis, air mata dan darah orang Papua yang tertindas.

Tongkat gembala tak sekedar menghias altar Tuhan pada saat Misa. Tongkat itu harus berada di medan perjuangan bersama kawanan domba, umat Allah orang asli Papua. Tongkat gembala itu harus bersuara tatkala kawanan domba menjerit dan terluka. Pada akhirnya, tongkat itu harus memberikan arah, penunjuk jalan ke mana kawanan domba harus pergi!

Di sini, pada hamparan pegunungan Cyclop dan gelora samudra Pasifik, umat Allah Keuskupan Jayapura, dan segenap orang asli Papua di tanah West Papua menanti dan hendak melihat ke manakah arah tongkat penggembalaan Yang Mulia Matopai terulur? Di sini, pada genangan darah dan linangan air mata, umat Allah orang asli Papua menanti dengan penuh rindu, apakah penderitaan mereka akan sampai di telinga Paus di Vatikan? Di sini, segenap umat Allah, orang asli Papua berseru, "tinggallah bersama kami!"

Abepura, Minggu, 30 Oktober 2022; 10.32 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun