Malam gelap menyelimuti Sugapa, Intan Jaya
Letupan-letupan senapan memecah kebisuan malam
Berjaga-jaga menanti maut tiba
Dan, memang maut itu datang!
Datang membawa pergi anak bayi
Tali perut menyeruak ke permukaan
Tanpa tau mengapa harus terjadi padanya?
Pergi tanpa pernah kembali pada usia balita
Emas blok Wabu di tanah Intan Jaya
Mengorbankan banyak jiwa
Jendral berbintang, prajurit, rakyat sipil sampai anak bayi
Dan, peluru-peluru masih hilir mudik sampai saat ini
Di keheningan malam, pada semesta berharap perang akan segera berakhir
Meja perundingan lekaslah tersedia
Juru runding Indonesia dan Papua duduk bersama
Saling bicara menyelesaikan permasalahan Papua
28-10-2021; 15.30 wit
[Baku tembak TNI-Polri dan TPNPB, 26-10-2021, melukai 2 anak balita. Satu anak meninggal dunia. Satu lainnya dalam perawatan. Saya menuliskan penggalan puisi ini dengan hati pilu, sedih, resah dan gelisah memikirkan rakyat di Intan Jaya. Saya berdoa semoga Tuhan, Sang Pencipta lekas mengulurkan tangan, menolong kawanan domba-Nya dan membebaskan mereka dari segala bentuk kekerasan dan penindasan! Semoga jiwa-jiwa yang meninggal karena konflik dan kekerasan di Intan Jaya dan di seluruh tanah Papua beristirahat dalam damai Tuhan. Amin.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H